JAKARTA - Harga emas dunia berada dalam trend pelemahan, menyusul penguatan yang terjadi pada mata uang dolar Amerika Serikat (AS) serta kekhawatiran terhadap inflasi yang tinggi di negara Paman Sam.
Hal itu diungkapkan Direktur PT. TFRX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi kepada Fajar Indonesia Network (FIN), Rabu (24/3).
Ibrahim juga mengungkapkan, Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) dan Menteri Keuangan AS melakukan pertemuan dan memberikan testimoni terkait inflasi yang tinggi akibat stimulus tak terbatas yang dikeluarkan pemerintah secara global, terutama di AS yang menggelontorkan stimulus hingga USD1,9 triliun. Hal ini dipercaya akan membuat pertumbuhan ekonomi membaik, peredaran uang akan lebih tinggi.
"Stimulus AS sebesar USD1,9 triliun mulus di parlemen AS, ini dampaknya sangat luar biasa, inflasi (AS) kemungkinan 2,6 persen pertahun, bukan lagi 2 persen, ini mengakibatkan indeks dolar kencang larinya keatas, sehingga wajar jika harga emas terkoreksi," jelas Ibrahim.
"Ini kemudian mengakibatkan ketakutan bahwa yield (imbal hasil) obligasi mengalami kenaikan. Ini bukan hanya yield obligasi di AS saja, tapi juga di Eropa, karena masih banyak negara-negara yang melakukan penguncian diri akibat vaksin AstraZeneca yang dikatakan tidak layak dipakai. Ini yang mengakibatkan indeks dolar kembali lagi ke chart. Indeks dolar ini sudah mencapai level tertingginya di 92,60 dan ada kemungkinan besar akan mencapai level tertingginya di 94,50," ujar Ibrahim.
Dikutip dari laporan Reuters, harga emas di pasar spot turun 0,7 persen menjadi USD1.726,76 per ounce pada Selasa (23/3) atau Rabu (24/3) dini hari WIB. Emas berjangka Amerika Serikat ditutup 0,8 persen lebih rendah menjadi USD1.725,10 per ounce.
Sinyal Federal Reserve tentang suku bunga yang rendah dan kemungkinan stimulus fiskal lebih lanjut membatasi kerugian logam kuning itu, dan emas dapat menarik dukungan lebih lanjut dari potensi kebangkitan kasus Covid-19 dan memudarnya optimisme ekonomi yang akan memukul imbal hasil treasury.
Chairman The Fed, Jerome Powell, mengatakan kepada anggota parlemen Amerika, Selasa, bahwa dia memperkirakan inflasi akan naik sepanjang tahun, tetapi itu tidak akan terlalu besar atau persisten.
Di antara logam mulia lainnya, perak anjlok 2,7 persen menjadi USD25,08 per ounce dan platinum merosot 1,1 persen menjadi USD1.170,01 per ounce, sementara paladium naik 0,2 persen menjadi USD2.620,51 per ounce. (git/fin).