Kemendag : Solusi Masalah Cabai Adalah Teknologi Penyimpanan

fin.co.id - 18/03/2021, 22:07 WIB

Kemendag : Solusi Masalah Cabai Adalah Teknologi Penyimpanan

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

 

JAKARTA - Kunci untuk menyelesaikan permasalahan pasokan cabai menurut Kementerian Perdagangan (Kemendag) yaitu adanya sebuah alat atau teknologi penyimpanan, yang mampu mengawetkan cabai hingga waktu 2-3 bulan, sebagai stok ketika musim curah hujan tinggi terjadi.

Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag, Syailendra mengatakan, pertanian cabai sangat rentan terkena gangguan pada saat musim penghujan, terutama jika curah hujan cukup tinggi. Selain mengatur masa tanam, teknologi penyimpanan yang baik disebut juga bisa jadi solusi untuk mengatur ketersediaan pasokan.

Ia menjelaskan, ketika musim puncak panen dan komoditasnya melimpah, sebagian bisa disimpan untuk stok ketika musim penghujan tiba. Selain untuk mengendalikan harga, teknologi penyimpanan itu juga berguna untuk mengatur pasokan di pasaran.

"Ada universitas yang sudah menemukan alat untuk penyimpanan cabai. Mudah-mudahan ini benar teknologinya, katanya sih sudah terbukti. Kalau benar, tetap kita harus hitung lagi seekonomis apa kalau disimpan disitu. Termasuk berapa investasinya. Dia bisa tahan dua bulan katanya, bahkan tiga bulan," ujar Syailendra menjawab pertanyaan Fajar Indonesia Network (FIN), Kamis (18/3).

Selanjutnya ketika alat penyimpanan itu benar tersedia dan berfungsi, permasalahan selanjutnya yaitu mencari teknologi paking yang efisien. "Karena penyimpanan itu harus di paking kan dengan baik. Memang akan sedikit mahal, tapi yang penting kualitasnya terjaga," kata dia.

Alternatif lain untuk mengatasi persoalan cabai, lanjut Syailendra, yaitu perubahan pola konsumsi cabai. Namun hal ini menurutnya bakal sulit dilakukan mengingat kebiasaan masyarakat Indonesia yang memang suka mengkonsumsi cabai dalam bentuk fresh.

"Memang perlu ada edukasi kepada masyarakat soal ini (merubah pola konsumsi cabai). Cuma kan kita sudah terbiasa cabai kita gigit. Padahal bisa saja cabai dikonsumsi dalam bentuk pasta atau dikeringkan. Artinya preferensi masyarakat untuk mengkonsumsi cabai ya harus 'nguleg' sendiri," pungkasnya. (git/fin)

 

Admin
Penulis