Jakarta - Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KemenkopUKM) mengembangkan konsep voluntary desk dan mengajak para ahli menjadi mentor untuk membantu para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) melek digital. Model pendampingan oleh mentor seperti ini menjadi salah satu cara agar akselerasi UMKM masuk ke sektor digital segera terwujud.
Upaya ini dilakukan melalui kerjasama dengan Mastercard Academy 2.0 dalam program MicroMentor Indonesia yang saat ini sukses merekrut 10 ribu pendamping dan menjangkau 40 ribu UMKM.
"UMKM saat ini jadi tumpuan ekonomi di tengah pandemi. Digitalisasi jadi keniscayaan pertumbuhan UMKM kita ke depan. UMKM perlu pendampingan dari mentor agar berkembang lebih cepat," kata Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, Kamis (11/3).
Menurut Teten, Indonesia memiliki potensi digital ekonomi yang sangat besar. Bahkan di 2025 nilainya diperkirakan mencapai Rp1.800 triliun.
“Jangan sampai digital market ekonomi kita justru dikuasai asing. UMKM harus jadi tuan rumah di negeri sendiri. Saya kira banyak orang Indonesia yang punya keahlian dan membantu mereka berkembang dan menjadikan ini sebagai gerakan nasional, gerakan solidaritas kebangkitan UMKM lewat relawan mentor," ujar Teten.
MicroMentor Indonesia akan melatih dan mendampingi UMKM tentang tata cara penggunaannya melalui platform MicroMentor Indonesia, yang diintegrasikan dengan platform pelatihan berbasis daring KemenkopUKM di edukukm.id.
"Masyarakat banyak yang mau membantu UMKM tapi sistemnya harus dimudahkan dan disederhanakan," imbuh Teten.
Teten berharap program ini dapat mempercepat pertumbuhan wirausaha baru. Jumlah wirausaha Indonesia saat ini masih relatif kecil dibanding negara lain, yakni hanya sebesar 3,7 persen.
“Di 2024, kami targetkan menjadi 4 persen. Berbagai cara dilakukan bukan hanya lewat pendampingan juga dengan skema modal ventura misalnya," pungkas Teten. (git/fin)