Jakarta - Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) menilai, impor 1 juta ton beras yang akan dilakukan pemerintah tidak tepat. Sebab importasi beras itu harus mengacu pada tiga indikator yang terjadi saat ini, yaitu angka produksi, jumlah stok dan harga.
Ketua umum Perpadi, Sutarto Alimoeso mengatakan, tiga indikator untuk melakukan importasi beras itu saat ini belum terpenuhi. Ia menilai, sebaiknya pemerintah tidak perlu melakukan importasi beras 1 juta ton."Bicara mengenai produksi, data BPS (Badan Pusat Statistik), justru tahun ini lebih bagus dibanding tahun sebelumnya. Panennya lebih cepat, luas tanamnya lebih banyak, produksinya cukup baik karena ada peningkatan produktifitas," ujar Sutarto kepada FIN, Senin (8/3).
Masih dari data BPS, lanjut Sutarto, dalam kurun waktu dua bulan kedepan, akan ada surplus produksi beras 4 juta ton. Artinya jika alasan impor adalah untuk stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP), seharusnya surplus ini bisa menjadi stok pangan.
"Saya mengecek ke lapangan ke anggota Perpadi, sekarang itu memang betul-betul sedang panen," ungkapnya.
Kemudian faktor harga, Sutarto mengungkap bahwa saat ini harga sedang jatuh. Bahkan, kata dia, harga beras berada di bawah Harga Pokok Produksi (HPP).
"Saran kami, agar harga tidak semakin jatuh, harusnya pemerintah membeli apa yang ada di dalam negeri, yang akan surplus 4 juta ton dalam dua bulan kedepan. Karena kalau hanya (impor) 1 juta ton, ini bisa dipenuhi dari dalam negeri," pungkasnya.
Hasil proyeksi yang dirilis BPS memperlihatkan produksi padi nasional untuk periode Januari–April 2021 bakal lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya akibat naiknya potensi luas panen.
Hasil survei kerangka sampel area (KSA) yang dilakukan BPS menunjukkan luas panen padi pada musim Januari - April 2021 mencapai 4,86 juta ha atau naik sekitar 1,02 juta ha (26,53 persen) dibandingkan dengan sub round Januari–April 2020 yang sebesar 3,84 juta ha.
Dengan potensi luas panen yang besar, produksi gabah kering giling (GKG) pada Januari - April mencapai 25,37 juta ton atau naik 26,68 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Jika dikonversi menjadi beras, potensi produksi pada periode Januari–April 2021 diperkirakan mencapai 14,54 juta ton beras atau mengalami kenaikan sebesar 3,08 juta ton (26,84 persen) dibandingkan dengan produksi beras pada sub round yang sama tahun lalu sebesar 11,46 juta ton. (GIT/FIN)