News . 06/02/2021, 13:36 WIB
JAKARTA - Indonesia dan Malaysia sepakat mendesak ASEAN membahas pergolakan politik di Myanmar, setelah terjadinya kudeta militer yang berlangsung di negara itu pada Senin (1/2/2021).
Pernyataan itu diutarakan oleh Presiden Joko Widodo bersama dengan Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin usai melakukan pertemuan bilateral di Istana Negara, Jakarta, Jumat (5/2/2021).
Senada, Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin juga menyatakan keprihatinan Malaysia soal penahanan pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, dan sejumlah pejabat pemerintah lain oleh militer negara itu selama kudeta berlangsung.
"Malaysia juga memandang serius keadaan politik di Myanmar, yang merupakan satu langkah mundur proses demokrasi di negara tersebut," imbuhnya.
"Saya sangat setuju supaya kedua menteri luar negeri (RI-Malaysia) diberikan mandat untuk mencari kesepakatan musyawarah khas ASEAN demi membicarakan isu ini lebih mendalam," pungkasnya.
"Pengambilalihan kekuasaan "tidak bisa diterima" dan pemimpin kudeta harus dibuat untuk memahami bahwa ini bukanlah cara untuk memerintah suatu negara," kata Guterres.
Militer Myanmar yang memberlakukan kondisi darurat selama setahun, berusaha untuk membenarkan tindakannya dengan menuduh kecurangan dalam pemilu November lalu yang dimenangkan oleh partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dimpimpin Suu Kyi. (der/fin)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com