JAKARTA - Bencana masih melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Gempa dan banjir terjadi lagi. Puluhan ribu jiwa terdampak. Masyarakat diminta waspada dan tetap siaga dengan segala potensi bahaya yang mungkin terjadi.
Kemarin (3/2), warga Majene kembali merasakan guncangan kuat. Gempa bumi dengan magnitudo 5,2 terjadi pukul 16.25 waktu setempat.
BPBD Kabupaten Majene melaporkan warganya yang merasakan guncangan kuat panik hingga keluar rumah. Sebagian warga terpantau kembali ke pos pengungsian. Warga Majene merasakan guncangan cukup kuat selama 3 hingga 4 detik. Tidak ada laporan dampak pascagempa tersebut.
BACA JUGA: Pendiri Pasar Dinar-Dirham Dicokok, Aktivis ProDem: Valas Pakai Dolar Kenapa Gak Ditangkap? Bingung Gue
Sementara itu, dilihat dari intensitas guncangan yang diukur dengan Modified Mercalli Intensity (MMI), BMKG menginformasikan wilayah Majene dan Mamuju pada III MMI dan Polewali Mandar II MMI.Pusat gempa dengan kedalaman 18 km berada 9 km barat laut Majene, Sulawesi Barat atau 33 km barat daya Mamuju, Sulawesi Barat. Berdasarkan pemodelan BMKG, gempa tidak memicu terjadinya tsunami.
Koordinator Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono lewat keterangan resminya mengatakan, secara khusus, wilayah Majene dan Mamuju pernah terdampak gempa secara berulang dengan periode waktu berbeda.
BACA JUGA: SKB Tiga Menteri Atur Seragam Sekolah, Pengurus NU Amerika: Bravo, Negara Tidak Boleh Paksa dan Larang Murid Berjilbab
Ia mengatakan bahwa fenomena gempa di dua wilayah ini tercatat sejak 1967. Sejarah gempa merusak dan pernah terjadi tsunami, antara lain gempa Majene M6,3 pada 1967, kemudian 23 Februari 1969 dengan magnitude 6,9.Dua kejadian ini memicu terjadinya tsunami. Total lebih dari 100 warga meninggal dunia pada dua peristiwa tersebut.
"Selanjutnya gempa Mamuju M5,8 pada 6 September 1972, gempa Mamuju M6,7 pada 8 Januari 1984, dan kejadian sebelum kejadian kemarin yaitu pada 7 November 2020, Rangkaian gempa ini bersifat merusak," katanya.
BACA JUGA: Polisi: Zaim Saidi Dirikan Pasar Muamalah Depok untuk Ikuti Zaman Nabi
Catatan terakhir di tahun awal tahun, gempa Majene terjadi pada dua hari berurutan yaitu 14 Januari 2021 dengan M5,9 dan 15 Januari 2021 dengan M6,2, yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa, luka-luka dan kerusakan bangunan.Sementara itu, tiga kecamatan di Kabupaten Kudus, Jawa tengah terendam banjir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kudus melaporkan, banjir yang merendam total 15 desa dipicu oleh hujan intensitas tinggi dengan durasi yang lama.
BACA JUGA: Teddy Gusnaidi ‘Semprot’ AHY: Jangan Cengeng, Partai Politik Bukan Perusahaan Keluarga
Adapun 15 desa yang terendam banjir adalah Desa Setrokalangan, Desa Banget, Desa Gamong, Desa Blimbing Kidul, dan Desa Kedungdowo di Kec. Kaliwungu. Sedangkan tiga desa di Kecamatan Jati meliputi Desa Jati Wetan, Desa Jati Kulon Kencing, dan Desa Pasruhan Lor. Tujuh desa lainnya adalah Desa Kesambi, Desa Mejobo, Desa Golantepus, Desa Payaman, Desa Gulang, Desa Hadiwarno, dan Desa Tenggeles yang berada di Kecamatan Mejobo.Total 4.552 KK atau 10.672 jiwa terdampak banjir tersebut. Tercatat, 1.200 jiwa di antaranya yang berada di Desa Pasuruhan Lor terisolir akibat jalan yang terendam.
BACA JUGA: Wika Salim Pamer Video Hiking dengan Jaket Terbuka, Netizen: Ada yang Indah tapi Bukan Pemandangan
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati lewat keterangan resminnya menjelaskan BPBD setempat melaporkan banjir yang terjadi juga berdampak pada 3.244 unit rumah. 2.500 meter jalan desa juga ikut terendam.Kondisi saat ini, tinggi mata air berada di 15 sampai 150 sentimeter. Di beberapa titik, air sudah mulai surut antara 10 sampai 15 sentimeter.
BACA JUGA: BTN Kerjasama dengan Kementerian PUPR Salurkan KPR Subsidi Skema BP2BT
"Pemerintah setempat mendirikan lokasi pos pengungsian yang berada di Aula Balai Desa Kedungdowo, Aula Balai Desa Banget, dan Aula Kec. Kaliwungu," kata Raditya.BPBD Kabupaten Kudus berkoordinasi dengan Forkopimcam dan instansi terkait lainnya terus melakukan pemantauan dan pendataan kerugian di wilayah terdampak. Transportasi darat juga terus diupayakan agar bisa segera beroperasi. Selain itu, BPBD juga menurunkan personil untuk mendirikan tenda Dapur Umum (DU) serta pembersihan lumpur dari limpasan sungai Hadiwarno dan Mejobo.
BACA JUGA: Elit Demokrat ke Moeldoko: Jangan Bohong, Pertemuan itu di Hotel Berbintang dan Direstui ‘Pak Lurah’
"Berdasarkan analisis InaRISK, Kabupaten Kudus termasuk salah satu kabupaten yang memiliki potensi risiko banjir sedang hingga tinggi. Sebanyak 9 kecamatan di Kabupaten Kudus dengan luas 25.819 hektar dan 485.863 jiwa berpotensi terpapar banjir," paparnya.Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini cuaca di wilayah Kabupaten Kudus berpotensi mengalami hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang.