News

Habib Rizieq Tuntut Keadilan

fin.co.id - 10/12/2020, 10:31 WIB

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA - Habib Rizieq Shihab (HRS) menuntut keadilan atas tewasnya enam laskar Front Pembela Islam (FPI). Pernyataan tersebut dilontarkan melalui pesan suara yang beredar.

HRS dalam rekaman tersebut menegaskan rombongannya tak pernah mengganggu dan memepet mobil lain saat melintasi tol Karawang Timur pada Senin (7/12). Bahwa yang ada justru sebaliknya. Ada pihak lain yang justru memepet rombongannya.

"Mereka adalah orang-orang jahat yang ingin celakakan kami. Banyak mobil bergantian maju. Luar biasa (enam orang laskar pengawal HRS) syuhada melindungi karena tidak ada yang berhasil mencapai mobil saya," bunyi rekaman suara yang beredar Rabu (9/12).

BACA JUGA:  UEFA Turun Tangan Usut Dugaan Tindakan Rasial Wasit Rumania

Dalam pernyataan itu juga ditegaskan bahwa para laskar pengawal HRS tak dibekali persenjataan. Klaim kepolisian atas kepemilikan senjata para laskar hanya fitnah belaka.

"Mereka berani tanpa senjata, fitnah mereka dipersenjatai karena kami tidak/ngira akan diperlakukan begitu. Pengawalan standar keluarga saja," katanya.

Meski demikian, HRS minta masyarakat menahan diri. Dan ditegaskannya, bahwa pihaknya akan menempuh prosedur hukum.

BACA JUGA:  Ketua KPK Harap Hakordia 2020 Jadi Momentum Kesadaran Budaya Antikorupsi

"Maka itu, saya minta kepada seluruh rakyat dan bangsa Indonesia, tahan diri, sabar, kita hadapi dengan elegan, kita tempuh prosedur hukum yang ada. Karena kalau prosedur hukum ini ditempuh dengan baik, insyaAllah semua akan terbongkar," katanya.

Dia yakin, pelaku penembakan enam laskar FPI itu segera terungkap. Demikian juga pihak-pihak di balik insiden tersebut.

"Siapa yang melakukan pembantaian di lapangan, sampai siapa yang menjadi otak yang mengatur ini semua akan terungkap," jelasnya.

BACA JUGA:  Keponakan Ratu Atut Klaim Menang, Putri Hashim-Maruf Amin Kalah?

Menurut Habib Rizieq, cara merespons penembakan terhadap enam pengawalnya itu tidak perlu dengan emosi. Dia meminta pendukungnya tidak berjuang sendiri-sendiri.

"Tapi, kalau Anda emosi, kalau Anda berjuang sendiri-sendiri, maka ini akan terkubur, tidak akan pernah terungkap. Maka itu, saya minta sekali lagi, sabar, sabar, ada saatnya kita akan melakukan perlawanan, ada saatnya kita akan melakukan jihad fisabilillah," tutur dia.

Lebih lanjut dikatakannya sejumlah ormas Islam telah menyatakan sikap terkait insiden ini. Ormas-ormas Islam, meminta agar dibentuk tim independen untuk mengusut penembakan itu.

BACA JUGA:  Doakan 6 Laskar FPI, Ade Armando: Mereka Hanya Korban dari Kebusukan Pimpinan

"Ormas-ormas Islam sudah memberikan pernyataan sikap, berbagai kalangan di mana kita kompak bahwa harus dibentuk tim pencari fakta independen yang melibatkan seluruh elemen, Komnas HAM, Amnesty International, dan bahkan kami minta juga Komnas HAM anak untuk ikut berbuat. Sebab di dalam kejadian itu ada terlebih 3 bayi dan masih ada lagi, yaitu 4 balita, ditambah satu lagi balita dari salah seorang anak kerabat kami," jelasnya.

HRS berharap Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan seluruh institusi kenegaraan mengungkap fakta tewasnya enam laskar FPI itu. Sehingga akan diketahui fakta yang sebenarnya.

"Maka itu, saya ajak semua elemen bangsa ini, dari mulai presidennya, DPR-nya, dan seluruh institusi kenegaraan secara bersama-sama untuk mengungkap fakta yang sebenarnya, apa yang terjadi di balik semua ini," katanya.

BACA JUGA:  Sanggah UAS, Ade Armando: Bukannya Nabi Muhammad Ulang Kali Perintah Membunuh ya?

Pernyataan HRS itu dibenarkan Sekretaris Umum FPI Munarman. Dikatakanya pernyataan tersebut dikeluarkan saat pemakaman 6 laskar FPI di Megamendung, Bogor.

"Ya betul. Saat prosesi pemakaman enam orang syuhada, pagi tadi, Rabu, 9 Desember 2020, pagi tadi. Lokasi di Masjid Ponpes Agrokultural, Megamendung," kata Munarman.

Tuntutan yang sama juga dilontarkan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI). Dalam sebuah pernyataannya, KAHMI mengungkapkan rasa keprihatinannya. Dan KAHMI menilai upaya penegakan hukum oleh aparat harus dilakukan secara adil tanpa tindak kekerasan.

BACA JUGA:  Waduh, Negara di Asia Pasifik Rentan Terdampak Serangan Siber

”Hukum harus ditegakkan dengan adil dan tidak dengan kekerasan. Penggunaan senjata untuk penegakkan hukum harus proporsional. Oleh karenanya perlu penyelidikan mendalam atas peristiwa tersebut,” demikian kutipan pernyataan sikap Majelis Nasional KAHMI.

KAHMI kasus ini menambah deretan deretan kekerasan dalam beberapa bulan terakhir. KAHMI menyebut kasus penembakan di Kabupaten Intan Jaya, Papua, yang menimbulkan korban Jiwa pada September 2020 serta aksi teror di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah pada November 2020.

BACA JUGA:  Laskar FPI Ditembak Mati di Jakarta, Ibu-ibu di Makassar Nangis hingga Mengadu ke DPRD

Menurut KAHMI, pada dua kejadian itu pemerintah bersikap tegas yang menunjukkan negara hadir melindungi masyarakat. Di Intan Jaya, pemerintah membentuk dan menerjunkan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF). Sedangkan di Sigi, Presiden Joko Widodo bahkan mengecam tindakan tersebut dan menggencarkan kembali operasi Tinombala.

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Miftachul Akhyar pun menyesalkan jatuhnya korban jiwa dalam insiden tersebut.

Admin
Penulis
-->