News . 07/12/2020, 19:59 WIB
JAKARTA- Politikus Partai Demokrat, Andi Arief mengatakan, kejadian Front Pembela Islam (FPI) dan jajaran kepolisian dari Polda Metro Jaya hingga menewaskan 6 anggota FPI, tergantung presidennya sebagai pimpinan tertinggi.
Andi Arief kemudian membandingkan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam menangani gejolak di tengah masyarakat.
Andi Arief mengatakan, dia beruntung pernah menyaksikan bagaimana sikap SBY menangani masalah sesama anak bangsa.
"Semua itu tergantung Presidennya. Saya beruntung pernah menyaksikan bagaimana Pak SBY menangani masalah sesama anak bangsa," ujar Andi Arief di akun twitternya, Senin (7/12).
Andi Arief mengatakan, SBY selalu memerintahkan agar tidak ada yang kehilangan nyawa dalam menangani masalah.
"Perintahnya selalu jangan ada darah yang tumpah apalagi nyawa. Semua ikut, dari Kapolri, panglima TNI sampai jajaran terbawah. Demokrasi hidup," ujar Andi Arief.
Sebelumnya, Juru bicara Front Pembela Islam (FPI), Munarman mengatakan, apa yang disampaikan oleh pihak Polda Metro Jaya terkait adanya aksi tembak-menembak antara polisi dan FPI merupakan fitnah yang dibuat-buat.
Munarman mengatakan, laskar FPI tidak pernah dibekali dengan senjata api.
"Bahwa fitnah besar kalau laskar kita disebut membawa senjata api dan tembak menembak, laskar kami tidak pernah dibekali dengan senjata api. Kami terbiasa tangan kosong. Kami bukan pengecut," ujar Munarman dalam konferensi Pers di Markas FPI Petamburan Jakarta Barat, Senin (7/12).
Munarman menjelaskan, sebelum terjadi penembakan itu, dirinya ada menerima pesan suara dari salah satu laskar yang tewas ditembak itu. Suara itu berupa rintihan kesakitan.
"Sempat salah satu laskar mengirimkan voice, rintihan salah satu laskar yang ditembak, itu artinya apa, laskar kami dibawa di satu tempat dan dibantai di tempat itu. Setelah voice itu dikirim, tidak ada lagi HP dari laskar 6 orang itu yang aktif kitab hubungi," ujar Munarman.
Munarman menduga, anggotanya dibantai dan dibunuh di satu tempat. Sebab jika saja ada saling tembak menambak, maka di lokasi kejadian akan pasti ada keramaian dengan jenazah laskar yang tergelatak di jalan.
"Itu membuktikan bahwa mereka dibunuh dan dibantai, kalau sejak awal tembak menembak, berarti tewas ditempat dong, tewas ditempat. Semala saya cek di lokasi tidak ada janazah disitu, tidak ada keramaian disitu, yang ada justru petugas aparat setempat yang ada di lokasi di sekitar pintu tol Karawang Timur, ternyata tidak ada mobil laskar di situ, jenazah juga tidak ada," papar Munarman. (dal/fin)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com