Cerita Petani Milenial Hidupkan Lahan Sempit di Bogor dengan Pertanian

fin.co.id - 01/12/2020, 08:37 WIB

Cerita Petani Milenial Hidupkan Lahan Sempit di Bogor dengan Pertanian

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

BOGOR- Menurunnya daya beli masyarakat akibat pembatasan aktivitas sosial untuk memutus mata rantai penyebaran Covid 19 menjadi pukulan berat bagi perekonomian Indonesia.

Mahalnya harga kebutuhan pokok membuat rumah tangga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pangan yang diperlukan di masa pandemi Covid-19.

Namun, hal tersebut tidak menyurutkan semangat para petani milenial di Kampung Pabuaran, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat untuk menyerah pada masa sulit.

Para anak muda yang tergabung ke dalam Kelompok Tani Leuit Jajaka justru menjadikan masa pandemi sebagai ajang untuk bereksperimen dalam mengembangkan hasil tani di wilayah Bogor. Salah satu yang sukses dikembangkan adalah budikdamber.

“Awalnya, kami berpikir bagaimana caranya menghasilkan uang untuk jajan selama pandemi,” ujar Aditya Pratama Hermon, Ketua Leuit Jajaka, 1 Desember 2020.

Di saat mayoritas pemuda sibuk bersosial media, Aditya dan teman-temannya memilih berkutat di bawah teriknya matahari.

Dibalik keterbatasan yang menghadang, mereka ingin memastikan agar kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi.

Kelompok Tani Leuit Jajaka, lanjut Aditya, terus berupaya untuk berinovasi di tengah sempitnya lahan pertanian di kawasan Kota Bogor dengan metode tanam yang efisien di lahan seluas 500 meter.

"Kami mengembangkan komoditas perikanan dan pertanian seperti bawal, gurame, kangkung, cabai, bayam, dan ketimun. Hasil panennya kami jual di bawah harga pasar untuk warga sini," tutur pemuda yang kini cuti kuliah akibat terdampak Covid-19 tersebut.

Bagi Aditya, jalan sukses kelompoknya menjadi Agripreneur ini sendiri bukan tanpa hambatan. Selain pengalaman, dukungan teknologi pertanian untuk membuka jaringan irigasi dan pematangan lahan juga sangat dibutuhkan.

Semua itu, lanjut Aditya, semata-mata untuk memastikan agar ketersediaan pangan di wilayahnya tetap baik di masa mendatang.

“Ini tantangan buat kami agar produktifitas hasil panen terus meningkat," tuturnya.

Mendukung program tersebut, Relawan Indonesia Bersatu berinisiatif menyokong kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan memberikan bibit lele sebanyak 10.000 ekor, 800 Kg pakan lele, dan 2.400 pot kangkung.

Ketua Relawan Indonesia Bersatu Sandiaga Uno mengatakan, gagasan urban farming dengan konsep ekosistem terpadu budi daya Ikan yang terintegrasi dengan sistem produksi sayuran merupakan inovasi yang memberikan dampak besar bagi keberlangsungan hidup.

"Kami memberikan dukungan agar mereka bisa bertahan dan berkembang sehingga semakin bermanfaat bagi masyarakat," ujar Sandi di lokasi.

Admin
Penulis