JAKARTA - Ustad Abdul Somad (UAS) masuk tim kampanye untuk pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Hafit Syukri - Erizal ST di Pilkada Rohul.
Banyak yang menyayangkan langkah Somad terjun ke dunia politik. Termasuk Dewan Pakar PKPI Teddy Gusnaidi. Dia menyindir, langkah Somad itu manusiawi, sebab Somad juga butuh makan dari proses politik.
"Sah-sah saja, Somad kan butuh makan. Komedian beralih fungsi demi sesuap nasi, itu manusiawi," tulis Teddy Gisnaidi di twitternya, Sabtu (28/11).
Somad disebut-sebut menjadi tim kampanye karena mempunyai hutang budi kepada Rukon Holu. Di mana sebelumnya, Somad dikenal di Indonesia lewat Radio dan TV Madani Islamic Center Kabupaten Rokan Hulu. Itulah yang membikin UAS sebagai alasan mendukung pasangan tersebut
"Dulu kami dikenal lewat radio dan tv Islamic Center Rokan Hulu. Dulu sebelum masuk tv nasional di Jakarta, sebelum terkenal orang di mana-mana tv yang pertama memuat Abdul Somad adalah tv Madani Islamic Center Pasir Pengaraian," kata Somad.
"Kalau ada orang bertanya-tanya kenapa UAS datang ke Rokan Hulu jawabannya karena Abdul Somad merasa berhutang budi kepada Rokan Hulu, dan bukan karena Hafit - Erizal," kata UAS sembari iyel-yel coblos nomor 3.
Sementara itu, Pengamat politik Saiman Pakpahan menilai, seharunya Ulama tidak menjadi bagian dari pertarungan kepentingan.
"Harusnya ulama ya jadi ulama, bukan justru ikut dalam pertarungan kepentingan," kata dosen Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Riau tersebut.
Menurut Saiman, jika UAS telah menjadi bagian pertarungan itu, maka statusnya sebagai ustad bukan lagi menjadi referensi publik. Namun sudah berubah menjadi kelompok. Karena menjadi bagian dari kepentingan tadi.
"Motifnya bisa kita pahami, yakni melakukan syiar Islam. Namun dengan cara mendorong orang tertentu yang dianggap sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan mereka. Sementara jika berbicara agama ya bisa saja, sebab semua calon beragama islam," ucap Saiman.
"Seharusnya ia kan seorang ustad, tokoh yang sifatnya sebagai referensi semua kalangan. Tapi kalau berdiri di salah satu calon maka dia berada dalam sebuah partai. Sehingga dia berada di luar konteksnya sebagai ustad atau ulama," imbuhnya. (dal/fin).
https://twitter.com/TeddyGusnaidi/status/1332515219189338112?s=19