MAKASSAR - Kekerasan terhadap perempuan dan pernikahan usia dini masih menjadi isu krusial di Sulsel. Peringatan Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak menjadi momen untuk semakin meminimalisasinya.
Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak, tahun ini memang diperingati secara berbeda. Akibat pandemi, kapasitas peserta dibatasi. Akan ada pementasan, tetapi penayangannya secara virtual.
Rencana ini dibahas dalam rapat persiapan panitia dan acara yang diadakan di Llntai 4 Kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Kantor Gubernur Sulsel, Jumat, 27 November.
Perwakilan Koalisi Stop Perkawinan Anak Sulsel, Rosniati Azis mengatakan, kegiatan tahun ini mengambil tema besar tentang "Sahkan RUU PKS". Kemudian untuk konteks Sulsel, mengambil tema pembahasan yang saat ini memang marak dengan situasi yang terjadi.
Kata Rosniati, Stop kekerasan terhadap perempuan, cegah perkawinan anak dipilih jadi pembahasan. Akan dibahas dalam bentuk seminar. Di dalamnya juga membahas metode pencegahan yang bisa dilakukan.
"Kami juga akan menampilkan beberapa kreativitas atau karya tangan para perempuan dan anak, seperti kerajinan tangan yang akan dibuatkan pameran kecil. Nereka bisa sambil jualan," ucapnya seperti dikutip dari Harian Fajar (Fajar Indonesia Network Grup) .
Seminar ini sekaligus sebagai kampanye setop kekerasan terhadap perempuan. Apalagi selama pandemi, diketahui lebih banyak terjadi dan agak tinggi angka kekerasan.
Kabid Program PPPA Sulsel, Hastina Dahlan mengatakan Hari Anti Kekerasan Perempuan dan Anak ini berkolaborasi antara dinas dan Koalisi Perlindungan Perempuan dan Anak.
Kegiatannya pada pekan kedua Desember. "Lokasi pelaksanaan di hotel. Kami mau buat khusus untuk perempuan dan anak, lain juga untuk ibu," tuturnya. (wis/rif)