News . 26/11/2020, 10:33 WIB
JAKARTA - Momentum Hari Guru Nasional (HGN) 2020 menjadi refleksi bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan kesejahteraan guru, khususnya honorer swasta dah negeri.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim menyatakan komitmennya dan bersungguh-sungguh dalam memperjuangkan nasib guru-guru honorer.
"Melalui seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), para guru yang berstatus non-PNS dapat menjadi ASN. Kami mohon doa Bapak dan Ibu guru agar semua langkah ini berjalan baik dan lancar," kata Nadiem dalam upacara HGN virtual, Rabu (25/11).
Selain itu, keijakan bantuan subsidi upah untuk guru dan tenaga kependidikan non-PNS, kurikulum darurat, program Guru Belajar, laman Guru Berbagi, program Belajar dari Rumah di TVRI, dan seri webinar masa pandemi.
"Berbagai upaya ini dilakukan semata-mata untuk menempatkan profesi guru pada tempatnya yang mulia dan terhormat. Mereka telah mempersembahkan pengorbanan yang besar dalam hal waktu, tenaga, bahkan bagian dari hidupnya sendiri demi murid-muridnya," ujarnya.
"Ada pula yang bergilir masuk sekolah, melakukan pembelajaran tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat," ujarnya.
Selain itu, lanjut Nadiem, ada juga guru yang mendatangi rumah siswa dan berdiskusi dengan orang tua untuk membantu proses belajar mengajar. Namun, ada juga yang harus mencari sinyal hingga ke seberang sungai, bukit, dan sebagainya untuk dapat menjalankan pembelajaran.
Ketua DPR-RI, Puan Maharani juga meminta pemerintah meningkatkan perhatian dan kesejahteraan para guru, khususnya honorer. Untuk itu ia berharap, seleksi satu juta guru honorer menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) terealisasi dengan baik pada 2021.
"Kami di DPR akan terus memperjuangkan kesejahteraan guru honorer dan pengangkatan guru honorer menjadi ASN segera terwujud," kata Puan.
Menurut Puan, peran guru sangat vital dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan begitu, nasib maupun kesejahteraan guru harus menjadi perhatian bersama.
Sementara itu, Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) menilai bahwa kesejahteraan bagi guru khususnya guru honorer di sekolah swasta dan negeri mesti ditingkatkan, minimal setara UMP/UMR.
"P2G sebagai organisasi guru yang banyak diisi oleh guru-guru honorer, upahnya hanya 500-700 ribu per bulan. Di sisi lain mereka tetap dituntut sempurna dan profesional dalam melaksanakan tugas. Kami sangat sedih, honor guru honorer ini horor, ini sangat tidak manusiawi," kata Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim.
Oleh karena itu, P2G mengapresiasi upaya Pemerintah Pusat yang telah membuat kebijakan membuka lowongan seleksi guru honorer menjadi Guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) sebanyak satu juta lowongan tahun depan.
Selain itu, kata Satriwan, perlunya pembenahan dalam rekrutmen guru dan desain pengembangan kompetensi guru ke depan. Sebab, terkait konteks rekrutmen guru, persoalan sebenarnya sudah muncul di level hulu, yakni ketika mahasiswa calon guru masuk kampus LPTK (Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan).
"Rendahnya kompetensi guru Indonesia hingga sekarang, tak lepas dari buruknya pengelolaan guru mulai dari hulunya yakni LPTK tersebut," sebutnya.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com