JAKARTA - Pakar imunisasi Jane Soepardi mengatakan Indonesia masih tertinggal jauh soal vaksin dibanding negara berkembang lainnya.
"Kita bandingkan negara berkembang ya, negara maju Indonesia sudah banyak ketinggalan," ujar Jane dalam diskusi daring bertajuk Tata Laksana Vaksinasi di Indonesia, Senin (23/11).
Menurutnya, sudah ada tiga vaksin di Indonesia sejak 10 tahun terakhir. Pertama, Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) untuk pneumonia, human papillomavirus (HPV) untuk vaksinasi kanker serviks, dan Rotavirus untuk diare.
BACA JUGA: MUI Bakal Bahas Fatwa Vaksin Covid-19 di Munas X
Sementara di negara-negara berkembang lainnya, menurut dia, ketiga vaksin tersebut sudah jauh lebih dulu dikenalkan. Bahkan, di Tanah Air, vaksin PCV dan HPV baru beberapa provinsi saja yang mendapatkannya.
"Jadi bertahap, karena vaksinnya impor. Rotavirus itu akan diproduksi oleh pabrik vaksin kita sendiri yaitu Bio Farma," kata dia.
Ia berharap pada 2022 Indonesia sudah bisa memproduksi secara mandiri vaksin Rotavirus, sehingga anak-anak di Tanah Air diimunisasi massal guna mencegah diare.
BACA JUGA: Infrastruktur RI Memadai untuk Distribusi Vaksin
Jane mengatakan sebelum melaksanakan kampanye vaksin secara nasional, maka terlebih dahulu yang harus dilaksanakan ialah menyiapkan vaksin itu sendiri.
Lebih jauh dari itu, jika sudah tersedia maka vaksin yang digunakan pun harus sudah terdaftar di badan kesehatan dunia atau WHO.
Senada dengan itu, Duta Adaptasi Kebiasaan Baru sekaligus Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro mengatakan, pemerintah masih terus berusaha mencari, mengembangkan, dan mengadakan vaksin yang aman bagi masyarakat.
BACA JUGA: Moderna Bakal Banderol Vaksin Covid-19 Rp300 Ribuan, Efektivitasnya Diklaim 94,5 Persen
Upaya mandiri, kerja sama bilateral hingga kolaborasi global terus dilakukan untuk mendapatkan vaksin yang terdaftar di badan kesehatan dunia atau WHO serta harus disetujui Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). (riz/fin)