News . 21/11/2020, 11:00 WIB
JAKARTA - Data yang berisi informasi para guru honorer calon penerima bantuan subsidi upah (BSU) di Indonesia diduga bocor dan tersebar via Whatsapp Group (WAG). Data tersebut juga memuat nama, nomor induk kependudukan, nomor rekening, bahkan nama ibu kandung.
Sekadar diketahui, BSU tersebut akan dibagikan kepada dua juta orang pendidik dan tenaga kependidikan non-PNS. Dalam file yang beredar, hanya ada sekitar 175 ribu orang (guru honorer) penerima dari seluruh Indonesia dan bila dilihat dari kode nomor rekening yang tercantum, hanya berasal dari satu bank tertentu.
Koordinator Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim menyayangkan terjadinya kebocoran data guru honorer calon penerima BSU yang tersebar via Whatsapp Group (WAG). Menurutnya, kebocoran data tersebut membuat para guru honorer resah.
Menurut Satriwan, atas kejadian ini banyak guru honorer merasa resah dan khawatir bilamana ada pihak-pihak yang berniat jahat menggunakan data pribadi tersebut untuk tindak pidana.
"Potensi penyalahgunaan data kami para guru honorer ini bisa saja dilakukan oleh pihak tertentu yang ingin mengambil keuntungan," ujarnya.
Terlebih lagi, para guru honorer dan swasta yang belum mendaftarkan BSU pun akhirnya merasa takut dan cemas jika mau mendaftarkan diri secara daring. Mereka takut hal yang sama akan terjadi pada diri mereka.
Untuk itu, pihaknya meminta agar Kemendikbud dan pihak bank segera memproteksi secara kuat data pribadi para guru dan tenaga kependidikan tersebut.
"Perlu dilakukan apalagi jika mengingat jumlah calon penerimanya yang cukup banyak, hingga 2,03 juta orang dengan total anggaran Rp3,66 triliun," imbuhnya.
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mempertanyakan sistem pengelolaan data di Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK), selaku pengelola data BSU. Sebab, ini bukan kali pertama terjadi kebocoran data guru.
Menurut Unifah, perlindungan data pribadi di era saat ini sifatnya dinilai sangat penting. Bahkan, hal itu menjadi tolok ukur indikator profesionalisme.
"Kebocoran data seperti ini diharapkan menjadi yang terakhir. Dan tidak boleh terjadi lagi. Kami juga meminta, sistem proteksi data Kemendikbud harus dibenahi lagi," tegasnya.
Menjawab persoalan tersebut, Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hasan Chabibie mengatakan, bahwa pihaknya akan menelusuri data yang diduga bocor di via Whatsapp Group (WAG). Namun menurutnya, sejauh ini tidak ada data yang terdeteksi bocor dari sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik).
Hasan menegaskan, bahwa Kemendikbud selalu berkomitmen menjaga perlindungan data pribadi yang dikelola melalui sistem pendataan pendidik dan tenaga kependidikan nasional sesuai peraturan perundangan yang berlaku tetap terus terlaksana.
"Kemendikbud berkomitmen menjaga perlindungan data pribadi sesuai peraturan perundangan yang berlaku," pungkasnya.
Dapat disampaikan, bahwa Kemendikbud tengah memberi Bantuan Subsidi Upuahkepada 2.034.732 guru dan tenaga kependidikan non pegawai negeri sipil (PNS) selama masa pandemi covid-19. Setiap guru mendapat Rp1,8 juta sebanyak satu kali. (der/fin)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com