News . 20/11/2020, 10:33 WIB
JAKARTA - Bank Dunia dalam laporannya menyatakan, bahwa tantangan sektor pendidikan di Indonesia saat ini terletak pada masing-masing siswa yang dinilai masih sedikit tertinggal dalam hal penguasaan mata pelajaran (Mapel).
Spesialis senior dalam bidang pendidikan di Bank Dunia, Noah Yarrow mengatakan, bahwa beberapa siswa bahkan ada yang tertinggal 2-4 tahun di belakang dalam hal penguasaan materi mata pelajaran dibandingkan teman-teman mereka.
"Dalam beberapa mata pelajaran, contohnya matematika, siswa di Indonesia masih sedikit tertinggal," kata Yarrow di Jakarta, Kamis (19/11).
"Selain itu, material atau perlengkapan dalam pembelajaran juga jumlahnya sangat sedikit, begitu juga dengan dana anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan," ujarnya.
Selain itu, kata Yarrow, laporan Bank Dunia juga menemukan bahwa secara umum para siswa memiliki penilaian yang positif terhadap guru dan proses belajar mengajar yang mereka jalani.
"Hal itu menunjukkan para siswa tampaknya tidak sadar dengan tantangan yang mereka hadapi sehingga mereka terbiasa dan menerima saja semua keterbatasan yang ada," terangnya.
"Untuk mencapai penuh, anak-anak Indonesia harus belajar lebih banyak dari tingkatnya sekarang," ucapnya.
Pendidikan memang menjadi salah satu permasalahan yang belum terselesaikan di Indonesia. Programme for International Student Assessment (PISA) mencatat posisi Indonesia yang berada di posisi randah untuk urusan pendidikan.
Nilai PISA Indonesia berdasarkan survei tahun 2018 adalah: Membaca (peringkat 72 dari 77 negara), Matematika (Peringkat 72 dari 78 negara) dan Sains (peringkat 70 dari 78 negara).
Asesmen Nasional yang rencananya akan mulai diterapkan padda 2021 ini merupakan pemetaan mutu pendidikan pada seluruh sekolah, madrasah, dan program keseteraan jenjang sekolah dasar dan menengah.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makariem mengatakan, bahwa Asesmen Nasional tahun 2021 bakal dilakukan sebagai pemetaan dasar (baseline) dari kualitas pendidikan yang nyata di lapangan, sehingga tidak ada konsekuensi bagi sekolah dan murid.
"Hasil Asesmen Nasional tidak ada konsekuensinya buat sekolah, hanya pemetaan agar tahu kondisi sebenarnya," kata Nadiem.
"AN merupakan kebijakan Merdeka Belajar. Tujuannya untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Pengukuran harus dilakukan dengan instrumen yang tepat dan sesuai standar dunia," terangnya.
Hal serupa juga dilakukan Kementerian Agama (Kemenag). Pihaknya direncanakan akan melaunching program ‘Gerakan Madrasah Semangat Berhitung’ pada akhir November 2020.
"Kerjasama enam bulan pertama ini harus kita ambil dan lakukan secara maksimal. Menjadi pemicu bagi siswa madrasah khusus bidang studi matematika," kata Menag Fachrul Razi.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com