JAKARTA - Kebutuhan vaksin Covid-19 secara global diperkirakan sulit terpenuhi. Mengingat, jumlah kasus positif menjelang musim dingin di sejumlah negara, khususnya Eropa tahun ini tidak kunjung turun.
Direktur Pusat Penelitian Vaksin Peking University, Cui Fuqiang mengatakan, meski pemerintah, perusahaan, lembaga swadaya masyarakat, dan mitra lainnya bekerja sama, maka pemenuhan dua miliar dosis vaksin rasanya sulit tercapai.
BACA JUGA: Ruhut Sitompul Diduga Sindir Anies: Makin Stres Aja Nih Gabener
"Bahkan kalau pun target produksi tercapai, maka vaksin tersebut tidak akan mampu mencukupi kebutuhan setiap orang," kata Cui dikutip media penyiaran resmi China, Rabu (18/11)."Ini pentingnya pemerintah, perusahaan, LSM, dan mitra lainnya membuat konsensus bahwa siapa yang paling membutuhkan perlindungan kesehatan harus diprioritaskan untuk memaksimalkan penggunaan vaksin," sambungnya.
BACA JUGA: Wagub DKI Minta Publik Tak Berspekulasi Soal Permintaan Klarifikasi Anies Baswedan
Menurut Cui, COVAX yang mewadahi 186 negara agar bisa mendapatkan akses vaksin Covid-19 secara adil, memiliki program mendistribusikan dua miliar dosis vaksin hingga akhir 2022 menjadi tantangan tersendiri terhadap daya produksi."Agar COVAX bisa bekerja sesuai rencana, maka yang utama (mendapatkan perhatian) adalah kemampuan produksi. Dari semua kandidat, hanya sedikit vaksin yang dinyatakan berhasil. Secara statistik, hanya lima sampai 10 persen kandidat vaksin yang akhirnya mendapatkan persetujuan," tuturnya.
BACA JUGA: Bea Cukai Pastikan Tugas Mengawasi dan Memfasilitasi Industri Arak Bali Berjalan Beriringan
Meskipun COVAX telah menetapkan prinsip-prinsip distribusi dengan pertimbangan keadilan, kerentanan populasi, dan tingkat rasio penularan di suatu negara, menurut Cui, masih perlu adanya klausul sebagai petunjuk pelaksana distribusi."Selain itu, yang perlu diberitahukan sejak awal kepada publik adalah bagaimana pendistribusiannya karena vaksin tidak akan cukup memenuhi kebutuhan semua orang," pungkasnya. (der/fin)