Moratinos menyatakan keprihatinan mendalam atas meningkatnya ketegangan dan contoh intoleransi yang dipicu oleh majalah mingguan Prancis Charlie Hebdo yang menerbitkan karikatur satire yang menggambarkan Nabi Muhammad.
"Karikatur yang menghasut juga telah memprovokasi tindakan kekerasan terhadap warga sipil yang tidak bersalah, yang diserang karena agama, kepercayaan atau etnik mereka," kata Moratinos.
BACA JUGA: Mendes PDTT: Desa Disebut Sukses Apabila Hadir dengan Inovasi untuk Warga yang Miskin
Moratinos menggarisbawahi, bahwa penghinaan terhadap agama dan simbol-simbol suci agama telah memprovokasi kebencian dan ekstremisme kekerasan. Kondisi itu pada gilirannya mengarah pada polarisasi dan fragmentasi masyarakat.Moratinos pun menegaskan, bahwa kebebasan berekspresi harus dilakukan dengan cara yang sepenuhnya menghormati keyakinan agama dan prinsip semua agama.
"Tindakan kekerasan tidak dapat dan tidak boleh dikaitkan dengan agama, kebangsaan, peradaban, atau kelompok etnik apa pun," ujarnya.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menilai, mengenai dukungan Presiden Prancis terhadap penerbitan kartun Nabi Muhammad sebagai tindakan bodoh dan penghinaan bagi Islam.
Ali Khamenei sangat menyayangkan ucapan Macron yang justru melindungi aktivitas penistaan agama. Dalam Islam, menyamakan Nabi Muhammad dengan gambar makhluk apapun merupakan bentuk penistaan. Dia menyebut langkah Macron sebagai tindakan bodoh serta berpotensi memicu perpecahan.
BACA JUGA: Ferdinand Tantang Arie Untung Bakar Tas Produk Prancis: Jangan Cuma Taruh di Lantai
"Tanyakan presiden Anda mengapa mendukung penghinaan terhadap utusan Tuhan atas nama kebebasan berekspresi. Apakah kebebasan berekspresi berarti menghina, terutama orang suci?," kata Khamenei dikutip dari France24."Bukankah tindakan bodoh ini merupakan penghinaan terhadap alasan orang-orang yang memilihnya?," lanjutnya.
Pernyataan Khamenei sejalan dengan sikap pemerintah Iran yang melontarkan kecaman dan kritik terhadap Macron serta gerakan anti-Islam di Prancis.
Presiden Iran, Hassan Rouhani mengeluarkan peringatan keras kepada Prancis. Dia mengatakan, sikap Macron dan gerakan anti-Islam berpotensi memicu kekerasan serta pertumpahan darah jika tidak segera dihentikan.
Macron menjadi sorotan setelah menyatakan, bahwa ia tak melarang Charlie Hebdo menerbitkan kartun Nabi Muhammad. Ia juga mengatakan Islam adalah "agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia."
Macron melontarkan pernyataan ini sebagai respons atas pemenggalan guru yang membahas karikatur Nabi di Charlie Hebdo, Samuel Paty (47), di Eragny, oleh pendatang dari Chechnya, Abdoullakh Abouyezidovitch (18).
BACA JUGA: Galaxy S21 akan Dijual Tanpa Charger dan Earphone?
Dapat disampaikan, bahwa penyerangan di sekitar Gereja Notre Dame Basilica, Nice, Prancis bermula pada pukul 8:29 waktu Prancis ketika seorang pria dengan pisau mulai menyerang orang-orang yang sedang berdoa di dalam Basilika Notre-Dame, di jantung kota Mediterania.Berdasarkan keterangan Jaksa anti-teror Prancis, Jean-Francois Ricard, pelaku membawa salinan Al Quran serta tiga pisau.
Hanya sekitar 30 menit, pelaku menggunakan pisau berukuran 30 cm untuk memotong tenggorokan wanita berusia 60 tahun dan membuatnya meninggal di dalam gereja.
Tak hanya itu, seorang pria berusia 55 tahun yang merupakan pegawai gereja turut menjadi korban setelah jenazahnya ditemukan di dalam gereja. Ia ditemukan dengan kondisi mengenaskan, tenggorokannya turut digorok.
Sementara itu, seorang perempuan berusia 44 tahun sempat mencoba mencari bantuan dengan melarikan diri dari gereja ke restoran terdekat. Namun, ia tak dapat tertolong dan meninggal karena beberapa luka pisau.