JAKARTA - Keterlibatan pemilih perempuan disetiap tahapan pemilu maupun pemilihan sangatlah penting. Dengan jumlah yang selalu lebih banyak dibanding pemilih laki-laki, suara perempuan bisa menentukan sukses tidaknya tahapan maupun penyelenggaraan secara keseluruhan.
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi mengatakan, karena data jumlah pemilih perempuan lebih banyak dari laki-laki, maka peran pemilih perempuan dalam menentukan siapa yang akan memimpin daerah tersebut sangat penting.
Raka juga menjamin jika pelaksanaan Pemilihan 2020, khususnya pemungutan suara nanti aman dan sehat bagi pemilih di TPS. Hal itu dilatarbelakangi penerapan protokol Covid-19 ketat yang juga sudah disimulasikan disejumlah daerah. “Sehingga setiap pemilih perempuan yang telah memenuhi syarat diharapkan betul betul berpartisipasi pada Pemilihan 2020 ini,” tutur Raka, Jumat (23/10).
BACA JUGA: Kukuhkan Semangat Membangun Negeri, Brantas Abipraya Siap Menata Borobudur dan Kupang
Anggota Komisi II DPR RI, Aminurokhman yang turut hadir pada kegiatan ini membeberkan alasan tetap diselenggarakannya Pemilihan 2020 meski saat ini masih berlangsung pandemi Covid-19. Faktor keterisinya kursi kepemimpinan didaerah menurut dia yang menjadi salah satu sebab pemilihan harus tetap berlangsung.“Karena Covid 19 (juga) belum sanggup ada yang memprediksi (kapan) akan berakhir maka dipilihlah 9 Desember 2020 sebagai pelaksanaan Pemilihan 2020 agar tidak terjadinya kekosongan kepemimpinan di seluruh kabupaten/kota dan gubernur se-Indonesia,” ungkap Aminurokhman.
Dalam kesempatan lain, Ketua DPR RI Puan Maharani menegaskan bahwa kaum perempuan jangan ragu terjun ke dunia politik. Pasalnya, menurut Puan, perempuan memiliki karakteristik yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi situasi krisis.
BACA JUGA: Inul Daratista Unggah Kolase Mirip Jennie BLACKPINK, Netizen: Kurang Gede Anunya
“Saya menegaskan bahwa perempuan butuh berpolitik karena politik butuh perempuan,” ujar Puan. Politisi PDI Perjuangan ini menjelaskan, kaca pembatas peran perempuan dalam berpolitik di Indonesia sudah runtuh saat Megawati Soekarnoputri menjadi perempuan pertama yang dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia pada 23 Juli 2001.“Saat ada yang bicara bahwa peran perempuan di politik selalu dibatasi oleh glass ceiling, sesungguhnya glass ceiling politik bagi perempuan Indonesia sudah diruntuhkan di hari Ibu Megawati dilantik menjadi Presiden,” bebernya.
Sejak saat itu, kata Puan, peran perempuan di Indonesia terus berkembang pesat. Tercatat, saat ini banyak perempuan yang memegang peran strategis dalam setiap kegiatan pembangunan di bidang ekonomi, sosial, lingkungan hidup, olahraga, ilmu pengetahuan, riset serta dalam bidang politik.
Di antaranya, sambung Puan, dalam bidang politik tercatat peningkatan jumlah perempuan yang terpilih menjadi anggota DPR RI. Seperti, pada periode 2014-2019 sekitar 17 persen anggota DPR adalah perempuan. Lalu, periode 2019-2024 jumlah perempuan yang menjadi anggota DPR meningkat menjadi sekitar 21 persen.
Puan melanjutkan, meski banyak kemajuan yang telah dicapai oleh perempuan Indonesia di berbagai bidang, namun perempuan masih menghadapi berbagai kendala yang dapat berasal dari kehidupan sosial, budaya, ekonomi, maupun politik.
Terpisah, Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia Giwo Rubianto dalam webinar nasional menyampaikan. Partisipasi perempuan masih rendah dalam perhelatan Pilkada 2020. Dari data Komite Pemilih Indonesia, dari 100 persen calon kepala daerah, mereka yang wanita hanya hanya 10,6 persen.
Giwo meminta kepada kaum wanita untuk ikut menyukseskan gelaran pesta demokrasi pada Desember mendatang. “Jumah pemilih perempuan memiliki hak suara sangat besar. Tetapi belum mendapat panggung untuk menjadi aktor utama dalam Pilkada,” terangnya. Ia juga meminta kepada wanita Indonesia untuk lebih sadar politik. Pentingnya kesadaran berpolitik termasuk pemahaman antara memilih dan dipilih. (khf/fin)