TASIK – Kasi Ops Dinas Satpol PP Kota Tasikmalaya Sandi A Sugih mengatakan fenomena anak jalanan tetap menjamur, meskipun di masa pandemi. Pihaknya pun beberapa kali melakukan razia dan melimpahkan mereka ke Dinas Sosial untuk pembinaan.
“Minggu kemarin juga kita razia,” ungkapnya kepada Radar Tasikmalaya (Fajar Indonesia Network Grup), Kamis (22/10).
Tanpa diduga, ada warga Bandung yang menghubunginya melalui sambungan telepon. Pasalnya anak jalanan yang kena razia merupakan anak perempuannya yang sudah hilang tiga hari. “Anaknya masih sekitar 13 tahun, masih SD,” ujarnya.
Secara penampilan, dia melihat anak yang dimaksud sudah seperti anak jalanan lainnya. Hanya saja kulitnya lebih bersih. “Rambut sudah gimbal, bajunya pun sudah seperti anak jalanan lainnya,” katanya.
Dari hasil pemeriksaan, gadis tersebut diajak oleh kelompok anak jalanan. Dia pun merasa nyaman dengan kehidupan mereka yang cenderung bebas. “Dia ada di Tasik karena ibunya orang sini,” terangnya.
Setelah anak tersebut dikembalikan kepada orang tuanya, pihak Satpol PP pun berpesan supaya melakukan pemulihan. “Kalau tidak begitu, khawatir dia kembali ke jalan,” katanya.
Terpisah, Psikolog Tasikmalaya Rikha Surtika Dewi SPsi MPsi menyebutkan anak yang hidup di jalanan biasanya memiliki masalah. Bisa itu masalah dengan orang tua atau suasana lingkungan. “Karena anak pun bisa stres, biasanya karena apa yang terjadi tidak sesuai dengan harapannya,” terangnya.
Maka dari itu orang tua harus menerapkan pola pendidikan anak yang baik. Apalagi di masa pandemi yang bisa membuat anak jenuh. “Biasanya kan mereka ke sekolah ketemu teman-teman, sekarang kan belajar di rumah,” katanya.
Para orang tua harus menciptakan suasana yang harmonis di dalam rumah. Bangun kepercayaan dari anak supaya mau bicara ketika mengalami masalah. “Dan tidak pula, pendidikan keagamaan jangan lepas juga,” tuturnya. (rga)