Belajar Daring Jangan Monoton

fin.co.id - 06/10/2020, 04:00 WIB

Belajar Daring Jangan Monoton

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

MAKASSAR - Selama pandemi Covid-19, belajar dalam jaringan (daring) menjadi alternatif utama. Kondisi ini memang menuntut segalanya berubah. Hitung-hitung sebagai ajang untuk lebih mengenal teknologi. Hanya saja, proses pembelajaran harus diupayakan tetap efektif. Butuh kreasi yang kreatif.

Kampus-kampus di Makassar pun kini mencoba pelbagai konsep belajar daring yang tetap mendorong mutu pendidikan. Walaupun, banyak yang mengakui itu tak semudah yang dibayangkan. Butuh beberapa tahapan penyesuaian.

Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Prof Mardan mengakui, proses pembelajaran daring menjadi tantangan bagi perguruan tinggi. Karena pandemi, mau tidak mau harus ada inovasi.

BACA JUGA:  Nathalie Holscher Pernah Dijuluki Ratu Amer, Sule: Itu Tantangan Bagi Gue

Untuk bisa menjalankan pembelajaran daring secara efektif, dosen didorong untuk berkreasi. Pembelajaran daring diminta tak monoton. Agar mahasiswa juga tetap nyaman menjalani perkuliahan.

"Dosen sebelum memulai perkuliahan kita minta untuk membuat kesepakatan bersama mahasiswanya. Di situlah mereka berdiskusi seperti apa metode belajar yang mahasiswa sukai dan tidak membosankan," kata Mardan seperti dikutip dari Harian Fajar (Fajar Indonesia Network Grup).

Misalnya, perkuliahan divariasikan dengan beberapa kuis yang memacu daya pikir mahasiswa. Dari sini, kata dia, biasanya mereka akan merasa lebih betah belajar. Terutama jika dosen pandai memainkan ritme.

"Dalam konisi ini, di UIN proses belajar secara luring tidak bisa kita hindari. Terutama yang sifatnya praktik atau lapangan. Jadi kita bagi 87 persen daring dan 13 persen luring di akhir semester," ungkapnya.

BACA JUGA:  MenkopUKM Minta Perguruan Tinggi Mendirikan Laboratorium Kewirausahaan

Dalam proses belajar daring, lanjut Mardan, tentu tetap ada kendala. Kejenuhan mahasiswa sulit dihindari. Fokusnya kadang terbagi. "Inilah yang coba kita cari rumusannya terus agar efektivitas dan mutu pendidikan tetap kita jaga," sambungnya.

Mardan menambahkan, di UINAM juga sudah ada Lentera alias Learning Center Area. Bisa diakses mahasiswa melalui lentera-uin-alauddin.ac.id. Ini merupakan learning management system yang dirancang UINAM.

"Lentera ini kita baru mau patenkan. Di dalamnya ada materi-materi perkuliahan yang bisa diakses mahasiswa secara daring dan gratis. Sehingga bisa lebih efisien juga selama belajar daring berlangsung," terangnya.

Di Universitas Fajar (Unifa) juga begitu. Selama pandemi pembelajaran daring menjadi alternatif utama. Kampus yang identik dengan warna biru itu juga sudah punya learning management system sendiri. Namanya Hybrid Learning System alias HyLS.

BACA JUGA:  Peringati HUT TNI ke-75, Jokowi: Sinergi adalah Kunci Utama Bangun Kekuatan

Rektor Unifa, Muliyadi Hamid mengungkapkan, HyLS sudah mulai dikenalkan kepada mahasiswa sejak 2019 lalu. Aplikasi ini memang disiapkan untuk mendukung proses belajar daring. Sebelum pandemi merebak.

"Nah, saat pandemi masuk, kita sebenarnya sudah menyiapkan wadahnya. Di sini mahasiswa bisa mengakses materi kuliah baik melalui video maupun buku-buku kapan pun dan di mana pun," kata Muliyadi.

Selama pandemi, Unifa juga terus mendorong kreativitas dosen. Menurut Muliyadi, dosen memang menjadi tulang punggung dalam menjaga mutu pendidikan. Dalam kondisi ini, mau tidak mau mereka dituntut punya metode sendiri.

"Yang kita tekankan adalah bagaimana membuat mahasiswa itu semangat belajar. Karena kita akui belajar daring itu masih perlu dibiasakan. Kita juga terus merancang metode agar perkuliahan daring disenangi mahasiswa," pungkasnya.

BACA JUGA:  Presiden Diminta Merumuskan Rancangan Perpres Tugas TNI dalam Mengatasi Aksi Terorisme

Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah IX Sulawesi, Prof Jasruddin mengatakan, proses pembelajaran daring ini sebenarnya adalah tuntutan era. Namun, karena ada pandemi Covid-19, tuntutan itu dipercepat. Semua harus bisa menjalankannya.

Jasruddin menyadari perubahan gaya hidup yang begitu cepat tentu tak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh penyesuaian. Baik dosen maupun mahasiswa.

"Segala sesuuatu yang tiba-tiba kita lakukan tentu terasa tidak menyenangkan bagi semua pihak. Jadi sebetulnya dosen juga merasa tidak nyaman. Mahasiswa apalagi," ungkapnya.

Makanya, kata dia, perlu ada peningkatan kompetensi untuk membuat kuliah daring tidak garing. Terutama bagi dosen. Mesti memahami psikologis mahasiswanya selama menjalani pembelajaran daring agar membuat mahasiswa senang.

Admin
Penulis