Buru Dalang Pembunuh Pendeta Yeremia

fin.co.id - 25/09/2020, 01:00 WIB

Buru Dalang Pembunuh Pendeta Yeremia

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA - Kematian pendeta senior Yeremia Zanambani (68) mematik reaksi sejumlah ativis dalam negeri hingga Amnesty Internasional. Polri pun dituntut segera menangkap mengusut pelaku. TNI juga diminta turun tangan, dengan membentuk tim investigasi gabungan untuk mengungkap tewasnya Yeremia di Kampung Hitadipa, Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, pada 19 September 2020 lalu.

”Di era demokrasi, semua berhak mengeluarkan pendapat. Menyampaikan pesan hingga harapan. Presiden Jokowi telah membuka ruang dialog terhadap semua unsur. Jika penembakan ini terjadi dan menewaskan korban jiwa (Pendeta Yeremi, Red) terang dan jelas pelakunya harus ditangkap,” tegas Aktivis 98 Maruly Hendra Utama kepada Fajar Indonesia Network (FIN) Kamis (24/9).

Mantan Direktur Operasional Forum for Human Rights (Front) itu menegaskan, peristiwa semacam ini, tak ubahnya dengan peristwa yang dialami para penggiat demokrasi 98, aktivis sosial dan mereka yang peduli terhadap masa depan bangsa.

BACA JUGA:  Ternyata, Ini Alasan Sule Jadi Saksi Nathalie Holscher saat Mualaf

”Jelas kritik ini saya sampaikan kepada Pemerintah. Jangan sampai, penembakan ini lagi-lagi menunjukkan kegagalan negara untuk menghadirkan perdamaian di Papua dan dimana pun mereka yang menyuarakan hak dan pendapat dibungkam. Kapan orang Papua bisa bebas untuk hidup tenang,” timpalnya.

Selain penegasan dari aktivis 98, Amnesty International Indonesia juga mendesak Polri untuk mengusut tuntas kasus penembakan pendeta senior Yeremia Zanambani yang diduga melibatkan TNI.

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengatakan berdasarkan informasi dari pemimpin gereja di Papua, Yeremia ditembak oleh aparat TNI.

BACA JUGA:  Wajib Taat Aturan Protokol Kesehatan Covid-19 saat Pengundian Nomor

Usman menambahkan pendeta Yeremia ditembak dan ditusuk hingga meninggal pada Sabtu 19 September, di kandang babi miliknya di Kampung Bomba, Distrik Hitadipta, Kabupaten Intan Jaya. Sang istri baru menemukan mayat Yeremia pada Minggu pagi.

Berbeda dengan versi gereja, Polda Papua sudah memberikan penjelasan bahwa pelaku penembakan itu adalah kelompok sipil bersenjata yang ingin memancing perhatian global menjelang sidang umum PBB akhir bulan ini.

”Jika hasil investigasi polisi menyimpulkan pelakunya adalah aparat TNI, maka lembaga itu harus menjelaskan mengapa menuduh pihak lain. Negara harus menghentikan pembunuhan di luar hukum yang sewenang-wenang di Papua,” kata Usman.

Sementara itu aktivis HAM Papua Younes Douw menginformasikan, pendeta Yeremia hanyalah seorang pelayan gereja yang mengabdi di desa kecil itu dan tak terkait dengan kelompok bersenjata.”Pendeta Yeremia bukan orang jahat, dia juga tidak terlibat dalam Gerakan Papua Merdeka,” tutur Younes.

BACA JUGA:  Sakit Hati Fauzi Munthe Mengetahui Jenazah Istri Dimandikan 4 Pria Muslim dan Kristen

Pembelaan Younes seturut dengan dugaan masyarakat bahwa penembakan itu bagian dari upaya TNI mencari pembunuh Pratu Dwi Akbar dari Yonif 711/RKS/Brigif 22/OTA.

Pratu yang ditugaskan ke Intan Jaya untuk persiapan pembentukan Koramil tewas di tangan kelompok bersenjata. Catatan Amnesty International Indonesia, setidaknya lima pembunuhan terjadi dalam tiga bulan terakhir, yang merenggut delapan orang korban.

”Amnesty International Indonesia juga mencatat ada 15 kasus pembunuhan sepanjang 2020 di Papua, dengan 22 orang korban. Sebagian besar kasus itu melibatkan polisi dan militer,” imbuh Usman.

Terpisah, Anggota Komisi I DPR RI Yan Permenas Mandenas meminta Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto membentuk tim investigasi gabungan untuk mengungkap tewasnya Pendeta Yeremias Zanambani.

BACA JUGA:  Transaksi Mencurigakan Rp 7,41 Triliun, 19 Bank di Indonesia Disebut Terlibat

Yan mengaku mendapatkan beberapa kronologi yang berbeda yaitu versi aparat keamanan, versi pemerintah Intan Jaya, masyarakat dan keluarga terkait tewasnya pendeta Yeremias.

”Ini terdapat versi berbeda, dari aparat penegak hukum mengatakan kelompok kriminal yang sebagai pelaku penembakan, namun, versi masyarakat dan pemerintah daerah berbeda, yaitu anggota TNI diduga pelaku-nya. Kronologis dari masyarakat sudah saya terima dan sudah saya serahkan langsung kepada Panglima TNI saat rapat resmi Komisi I DPR yang juga dihadiri Wakil Menteri Pertahanan,” papar Yan dalam keterangannya di Jakarta, Rabu.

Pernyataan Yan ini pun diutarakan saat rapat kerja Komisi I DPR RI dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, di Kompleks Parlemen, Jakarta. Dia meminta Panglima TNI serius mendalami kronologi yang diberikannya yang berasal dari aspirasi masyarakat dan pemerintah daerah.

Hal itu menurut dia bisa menjadi masukan yang berimbang sebagai bahan investigasi selain itu juga mampu menepis Informasi simpang siur terhadap penembakan yang menewaskan Pdt Yeremias.

BACA JUGA:  Atasi Kekurangan Air, Pembangunan Dam Parit Tingkatkan Produksi dan Luas Tanam

”Termasuk kepada Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) sudah saya sampaikan dan juga meminta langsung kepada beliau agar memerintahkan jajaran-nya untuk melalukan investigasi yang mendalam,” ujarnya.

Sebelumnya, Pendeta Yeremia Zanambani dilaporkan meninggal akibat ditembak kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Hipadipa, Kabupaten Intan Jaya. ”Memang benar ada laporan tentang meninggal-nya tokoh agama akibat luka tempat di Kampung Hitadipa, Distrik Hitadipa, Intan Jaya, pada Sabtu (19/9)," kata Kapen Kogabwihan III, Kol Czi IGN Suriastawa, melalui rilisnya, Minggu (20/9).

BACA JUGA:  Demokrat Sentil Pidato Jokowi: Kurang Pas Minta PBB Berbenah Diri

Dia mengatakan, tidak benar korban ditembak TNI seperti yang disebar di media sosial karena itu fakta yang diputar balikkan. Kabid Humas Polda Papua Kombes Ahmad Kamal menegaskan, kelompok kriminal bersenjata (KKB) pimpinan Jelek Waker merupakan dalang penembakan terhadap Pendeta Yeremia Zanambani di Hipadipa.

Admin
Penulis