Buya Syafii ke Jokowi: Kalau Begini Terus, Bangsa Ini Bisa Oleng

fin.co.id - 13/09/2020, 09:56 WIB

Buya Syafii ke Jokowi: Kalau Begini Terus, Bangsa Ini Bisa Oleng

JAKARTA- Berdasarkan data yang dirilis Ikatan Dokter Indonesia (IDI), pada Sabtu (12/9), tercatat tenaga medis yang meninggal akibat covid-19 sudah mencapai 115 orang.

Dari jumlah itu, terbanyak dari Jawa Timur. Tujuh di antaranya merupakan guru besar alias profesor.

Tokoh Muhammadiyah, Muhammad Syafii Maarif mengaku sedih dengan kenyataan itu.

"Sebagai salah seorang yang tertua di negeri ini, batin saya menjerit dan goncang membaca berita kematian para dokter yang sudah berada pada angka 115 pagi ini plus tenaga medis yang juga wafat dalam jumlah besar pula." Tulis pria yang akrab di sapa Buya Syafii ini di twitternya, @SerambiBuya, Ahad (13/9).

Mantan Ketua Umum Muhammadiyah ini meminta Presiden Jokowi agar memerintahkan Menteri Kesehatan untuk berbuat semaksimal mungkin.

"Pak Presiden mohon diperintahkan keada menteri kesehatan dan jajarannya untuk berupaya semaksimal mungkin menolong nyawa para dokter ini." Ujar Buya.

Di menilai, jika angka kematian dokter terus bertambah, maka negara ini bisa hilang harapan. Sebab hanya dokter dan tim medis yang bisa diandalkan saat ini.

"Jika begini terus bangsa ini bisa oleng karena kematian para dokter saban hari dalam tugas kemanusiaan di garis paling depan." Pungkas Buya.

Sebelumnya diberitakan FIN, bahwa berdasarkan data Tim Mitigasi Pengurus Besar IDI, tanggal 12 September 2020 pukul 11.00 WIB, jumlah dokter umum yang gugur sebanyak 57 orang. Sementara dokter spesialis 51 orang dan guru besar tujuh orang.

Ketua Tim Mitigasi PB IDI, Adib Khumaidi mengatakan, kasus gugurnya dokter akibat pandemi COVID-19 ini bertambah enam orang, sejak Jumat (11/9) yang tercatat 109 dokter meninggal. Jumlah ini, di luar jumlah dokter gigi dan perawat yang wafat akibat COVID-19.

“Terpaparnya para dokter bisa terjadi saat menjalankan pelayanan. Baik itu pelayanan yang langsung menangani pasien COVID-19 di ruang isolasi maupun ICU. Atau dari tindakan medis yang belakangan diketahui pasiennya ternyata terinfeksi COVID-19,” terang Adib.

Selain itu, kemungkinan terpapar melalui pelayanan nonmedis. Seperti dari keluarga dan komunitas. Dia menyebut gambaran ini menunjukkan pekerjaan dokter saat ini memiliki risiko yang sangat tinggi. (dal/fin).

Admin
Penulis