News . 29/08/2020, 12:00 WIB
JAKARTA - Pemerintah sedang memproses vaksin virus COVID-19 Merah Putih. Namun, obat tersebut belum terdaftar di World Health Organization (WHO). Alasannya vaksi dalam tahap praklinis.
"Vaksin Merah Putih tentu belum terdaftar di WHO. Karena masih dalam proses pengembangan," tegas juru bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito di BNPB, Jakarta, Jumat (28/8).
Dia menjelaskan vaksin Merah Putih dalam tahap praklinis. Obat buatan Indonesia itu akan segera didaftarkan ketika memasuki tahap uji klinis. "Saat nanti sudah masuk fase pertama, uji klinis, pasti akan didaftarkan ke WHO," imbuhnya.
"Kita harapkan vaksin Merah Putih selesai di pertengahan tahun 2021. Pengembangkan dilakukan oleh Lembaga Eijkman dan BPPT, LIPI, BPOM, Menristek, dan sejumlah universitas," ucapnya.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo menyebut Indonesia sedang berupaya melobi negara yang memproduksi vaksin COVID-19. Menurutnya, ada 215 negara yang berebut bahan atau vaksin tersebut.
Jokowi menceritakan Menteri BUMN Erick Thohir sudah ke Uni Emirat Arab (UEA) dan Cina untuk memastikan Indonesia bisa mendapatkan bahan baku vaksin Corona. Dia optimistis Indonesia akan mendapatkan jatah. Baik bahan baku dan vaksin jadi. "Insya Allah di Januari 2021, kita sudah mulai suntik vaksin ke masyarakat. Tujuannya agar masyarakat bisa kembali dalam tata kehidupan yang normal," ucapnya.
Namun, lanjut Jokowi, pemerintah telah mengeluarkan semua jurus untuk menahan dampak Corona terhadap perekonomian Indonesia. Antara lain bantuan sosial (Bansos), subsidi, hingga bantuan uang tunai.
"Pemerintah karena ada COVID-19 ini telah mengeluarkan semua jurus. Ada yang namanya BLT desa, Bansos, subsidi listrik digratiskan untuk yang pelanggan 450 VA, dan bayar 50 persen untuk yang 900 VA. Ada juga bantuan sembako. Ada subsidi bunga. Terus subsidi gaji. Nah sekarang diberikan yang namanya Banpres Produktif," terangnya mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
Terpisah, Wakil Kepala Bidang Penelitian Fundamental Lembaga Biologi Molekul Eijkman, Herawati Supolo Sudoyo mengatakan pandemi COVID-19 menjadi momentum menciptakan kemandirian riset dan inovasi Indonesia melalui kolaborasi dan sinergi.
"Pandemi COVID-19 harus menjadi momentum untuk mewujudkan kemandirian riset dan inovasi. Dengan kolaborasi tokoh dan peneliti, akan mampu menghasilkan inovasi unggul. Namun inovasi harus melalui prosedur ilmiah untuk menjaga keamanan publik," tegas Herawati di Jakarta, Jumat (28/8).
Sebagai bagian dari komunitas ilmiah dunia, Indonesia diharapkan dapat berpartisipasi dan menorehkan kontribusi dalam penanganan pandemi COVID-19. Partisipasi itu melalui berbagai hasil riset dan inovasi Indonesia. Termasuk pengumpulan data urutan genom dari virus SARS-CoV-2 yang beredar di Indonesia. "Yang sekarang jadi fokus kita semua adalah berlomba mencari vaksin," tuturnya.
Herawati menuturkan Indonesia tidak tertinggal dalam penelitian genomik. "Kita tidak ketinggalan dalam mengungkap informasi genetik manusia Indonesia. Bahkan data kita justru digunakan untuk mempelajari bagaimana migrasi dari leluhur dan migrasi dari penyakit dibawa dari satu tempat ke tempat lain," terangnya.
Indonesia, lanjutnya, memiliki data, kemampuan dan infrastruktur yang baik dalam menunjang kegiatan penelitian dan pengembangan. Dia menambahkan pandemi COVID-19 tidak bisa ditangani sendiri. Tetapi perlu kolaborasi dan berbagi pengalaman.(rh/fin)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com