MAKASSAR - Investasi Sulsel harus bergerak dinamis. Sayangnya persoalan data masih kerap jadi hambatan. Terutama terkait potensi daerah.
KEPALA Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PM-PTSP), Jayadi Nas mengatakan, persoalan itu segera dipecahkan. Saat ini, pihaknya tengah mengembangkan teknologi big data.
"Jadi semua daerah kita mau rangkum semua prospek investasi. Di semua bidang," ujarnya kepada FAJAR, Rabu, 26 Agustus.
Teknologi big data diharapkan akan menjawab semua harapan dan keinginan calon investor. Selain potensi, kepastian seperti lahan, izin, amdal dan faktor lainnya akan terdata secara lugas dan gamblang.
BACA JUGA: Brenton Tarrant, Pembunuh Jamaah di Masjid Christchurch Divonis Seumur Hidup
"Jadi biarkan data yang bicara. Teknologi big data juga akan memetakan potensi di semua wilayah di Sulsel," ungkapnya seperti dikutip dari Harian Fajar (Fajar Indonesia Network Grup).Ada tiga daerah yang akan jadi role model. Masing-masing di daerah Luwu Raya, Soppeng, dan Bantaeng. Kata Jayadi dipilihnya ketiga daerah itu mewakili potensi yang ada di Sulsel.
"Seperti di Luwu Raya dengan potensi tambang dan Soppeng kita coba dengan potensi wisata sehat. Insyallah Oktober nanti sudah kita perkenalkan dan seterusnya kita akan terus melakukan pengembangan," ucap Jayadi.
*Tembus Rp5 Triliun
Hingga saat ini, progres invetasi Sulsel cukup baik. Nilainya sudah tembus di kisaran Rp5 triliun. Jayadi menerangkan ada beberapa indikator yang memberi efek mengapa pengusaha dan investor mulai mengepakkan sayap bisnisnya.
BACA JUGA: Aguero Hapus Nomor 10 dari Instagram, Sinyal Messi ke Manchester City Makin Kuat
"Investasi kita sudah menyentuh di angka Rp5 triliun. Kebijakan strategis seperti Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) ikut mendongkrak gairah investor belum lagi dengan perizinan yang kita permudah," terang Jayadi.Data pada semester I (Januari-Juni) menunjukkan investasi Sulsel menembus Rp4,7 triliun. Dengan rincian Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp1,050 triliun dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Rp3,674 triliun.
Artinya memasuki semester II berjalan (Juli-Agustus) investasi Sulsel bergerak sekitar Rp300 miliar. Meski pergerakan belum berjalan signifikan, Jayadi optimis akan ada lompatan jauh yang membuat investasi melaju kencang. "Sehingga target Rp7 triliun bisa kita maksimalkan," terangnya.
Sejauh ini pergerakan tenaga kerja masih bergerak relatif stabil. Pandemi memang membuat sektor usaha goyah dan pemutusan hubungan kerja terjadi. Namun di sektor invetasi, serapan tenaga kerja masih cukup baik.
Triwulan II (April-Juni) PMDN menyumbang 1.552 tenaga kerja dalam negeri dan PMA berkontribusi menyumbang 104 pekerja dalam negeri. Menariknya, pekerja dalam negeri cukup dominan dalam berkontribusi di PMA.
Pengamat Ekonomi Unhas, Anas Iswanto Anwar mengatakan, salah satu upaya terbaik menggaet investor terletak pada kemudahan investasi.
Ini tak lepas dari pamor Indonesia jika dibandingkan dengan negara ASEAN masih kalah jika urusan kemudahan investasi.
Hal itu pun dipertegas dengan peringkat kemudahan berbisnis di Indonesia seperti dilansir dari survei Bank Dunia, kemudahan berbisnis Indonesia ada di peringkat 73. "Jadi bergantung dari kebijakan dan perbaikan iklim investasi dalam negeri," pungkasnya. (rdi)