JAKARTA- Tokoh Islam Liberal (JIL), Ulil Abstar Abdallah menilai, pemerintah seharusnya tidak sampai ke tingkat membubarkan ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Sebab menurut Ulil, hal itu akan membawa ekses buruk.
"Saya sendiri punya sikap sejak awal, pemerintah mestinya tak perlu membubarkan HTI. Kebijakan ini malah membawa ekses buruk: para pendukung khilafah makin mengeras, dan militansi mereka pun menjadi kian menebal." Ujar Ulil Bastar Abdalla melalui siaran persnya, Senin (24/8).
Namun, tokoh JIL kelahiran Pati Jawa Tengah ini mengatakan, bukan berarti dirinya mendukung gerakan HTI. Sebab JIL yang dia dirikan pada tahun 2001 juga mempunyai gagasan memusuhi HTI.
Sayangnya, JIL tak berkutik melawan HTI saat itu. Sebab JIL bukan ormas yang mempunyai basis massa. Sementara HTI punya itu.
"Saya dkk telah melakukan perlawanan gagasan terhadap HTI melalui lembaga JIL. Karena JIL bukan ormas, dan tidak memiliki massa, HTI melakukan "bully" terhadap JIL secara seenaknya." katanya.
"Serangan-serangan secara tertulis atas saya dan JIL dilakukan secara intensif sekali oleh aktivis-aktivis HTI. Setiap ceramah, saya sering didemo oleh mereka." Sambung Ulil.
"Sekarang mereka berhadapan dangan Banser, dan mati gaya." Ucap dia.
Dia melanjutkan, HTI bebas aktif selama 10 tahun di masa pemerintaha SBY. HTI menikmati kebebasan politik yang besar, hingga mereka berhasil mengadakan Konferensi Internazional Khilafah dua kali di Gelora Bung Karno (GBK) dengan dihadiri ribuan massa.
"Bahkan TVRI sempat menyiarkan acara ini, dulu. Apakah SBY salah?" Katanya. "Saya mengatakan: tidak."
Dia menilai, pemerintahanm SBY tidak salah, hanya saja SBY saat itu tampil sebagai sosok yang tidak mau mengulang kesalahan orde baru.
"Dalam pengamatan saya, didasari oleh pandangan politik yang reformis. SBY tak mau dilihat sebagai sosok yang mau mengulang kesalahan Orba dulu: yaitu "menindas" kalangan Islam kanan." Katanya.
Ulil mengatakan, latar belakang militer SBY membuatnya seperti menanggung "beban politik" untuk menunjukkan bahwa dirinya beda dengan jenderal-jenderal Orba. Dia adalah jenderal reformis yang konsisten dengan agenda reformasi.
"Komitmen ini Ia tunjukkan dengan cara tidak menempuh "kebijakan yang keras" pada Islam kanan" katanya.
Dia menila, kebijakan SBY yang lunak kepada Islam kanan, itulah yang dimanfaatkan HTI untuk eksis melakukan propaganda intensif selama sepuluh tahun. Usaha HTI ini cukup sukses secara relatif. Sejumlah kampus sekuler berhasil mereka jadikan sebagai "sarang" gerakan khilafah, misalnya IPB.
Ulil megatakan, saat ini HTI seperti terkena hukum karma. Setelah sekian lama eksis, akhirnya hilang di masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.