SINJAI - Elpiji 3 kilogram kian langka di Kabupaten Sinjai. Proses distribusinya diduga bermasalah.
Salah seorang warga Kelurahan Balangnipa, Kecamatan Sinjai Utara, Nur Atika, mengaku dirinya sudah beberapa hari keliling mencari gas melon tersebut. Kios pengecer di sekitar rumahnya selalu kosong.
Kondisi ini juga kerap dimanfaatkan untuk menaikkan harga elpiji. Jika biasanya dibeli Rp18 ribu sampai Rp20 ribu per tabung, kini dijual hingga Rp25 ribu. "Padahal Harga Eceran Terendah (HET) Rp16 ribu," ujarnya, Selasa, 18 Agustus.
BACA JUGA: Jleeb! Ferdinand ke Din Syamsuddin dkk: Sadarlah ‘Onani Politik’ Itu ga Enak
Pantauan FAJAR di salah satu pangkalan elpiji di Jalan Persatuan Raya Sinjai, para pengecer, pedagang gorengan atau pengusaha warung makan rela mengantre untuk mendapatkan elpiji tiga kilogram.Namun tak butuh waktu lama elpiji yang dibongkar dari mobil agen habis terjual. Hanya kisaran 10 menit. Mereka berebut untuk mendapatkan elpiji. Rata-rata mereka tidak mendapat sesuai kebutuhan. "Setiap hari saya dapat jatah 90 tabung, tapi sebentar saja sudah habis," kata pemilik pangkalan, Tahir seperti dikutip dari Harian Fajar (Fajar Indonesia Network Grup).
Dia menyebut, kelangkaan sering terjadi sebab mobil yang mendistribusikan elpiji kerap membongkar di jalan. Makanya selalu diperebutkan. "Pangkalan yang jemput langsungke mobil di tengah jalan, baru disebar kemana-mana, ini tidak boleh dilakukan," sebutnya.
BACA JUGA: Perankan Putri Diana di Serial The Crown, Elizabeth Debicki: Ini adalah Kehormatan
Selain itu, dia menduga adanya elpiji yang dijual ke kabupaten tetangga. "Kalau mau tidak langka maka awasi di perbatasan atau awasi di jalan," sarannya.Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Sinjai, Ramlan Hamid, mengatakan, kuota elpiji 3 kg di Sinjai tidak mengalami pengurangan.
Setiap hari ada 11 mobil truk memasok dengan jumlah per mobil sebanyak 560 tabung. Dia memastikan kelangkaan terjadi bukan karena kekurangan stok.
Namun dia mengaku telah melakukan operasi di beberapa kecamatan terkait kondisi ini. Hasilnya, ditemukan permainan di tingkat distribusi dari pangkalan ke pengecer.
Elpiji disebar ke sejumlah tempat sehingga ketika masyarakat butuh, tidak ada stok. "Bukan pangkalannya yang bermain tapi anggotanya yang mendistribusi ke tingkat pengecer," beber Ramlan. (dir)