MAKASSAR -
Sektor perikanan menjadi salah satu lapangan usaha yang membantu penguatan ekonomi terhadap potensi resesi. Apalagi di Sulsel, sektor ini terus mengalami peningkatan siginfikan.
Data Dinas Kelautan dan Perikanan Sulsel mencatat, ekspor perikanan Sulsel pada Juli 2020 sebesar 12.973,4 ton dengan nilai sebesar USD28 juta lebih. Meningkat signifikan jika dibandingkan pada Juni 2020 sebanyak 10.834,2 ton dengan nilai USD20,6 juta.
Peningkatan ini didorong oleh tumbuhnya komoditas ekspor rumput laut dari 9.293,9 ton pada Juni 2020 meningkat 11.234,7 ton pada Juli 2020. Disusul udang beku dari 509,2 ton pada Juni 2020 meningkat 667,2 ton pada Juli 2020.
Komoditas tuna juga meningkat. Dari 86,5 ton pada Juni 2020 menjadi 186 ton di Juli 2020. Peningkatan lainnya juga terjadi di komoditas telur ikan terbang, sotong, kakap, kerapu, daging rajungan, dan bandeng.
"Triwulan III ini mulai bagus lagi ekspor. Walaupun di tengah resesi di negara lain," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan, Sulkaf S. Latief, Kamis, 13 Agustus.
Sulkaf menjelaskan, secara umum resesi di negara lain apalagi negara tujuan ekspor Sulsel pastinya akan berpengaruh. Namun seberapa besar pengaruhnya di sektor perikanan, menurutnya tidak akan terlalu besar.
"Ini kan bahan makanan. Mungkin yang akan terdampak itu yang high quality. Misalnya yang dulunya mereka konsumsi high quality turun ke medium atau low. Jadi komoditi yang medium dan low quality yang akan naik, sehingga secara volume kita akan tetap jalan," jelasnya seperti dikutip dari Harian Fajar (Fajar Indonesia Network Grup).
Komoditas unggulan Sulsel seperti rumput laut banyak di kirim ke Tiongkok, Vietnam, Chile, Prancis, Korea Selatan, Hong Kong. Lalu udang vannamei banyak dikirim ke Amerika serikat, Jepang, Tiongkok, dan Jerman.
Kemudian Udang Windu dan Tuna banyak di kirim ke Jepang, Amerika Serikat, Jerman, dan Singapura. Gurita juga banyak di kirim ke Italia, Amerika Serikat, dan Jepang.
Dari tujuan ekspor perikanan Sulsel tersebut, di antaranya telah merilis mengalami resesi. Seperti Amerika Serikat, Jepang, Prancis, Singapura, Korea Selatan, Jerman, Italia, dan Hong Kong.
"Makanya kita selalu mendorong ke pengusaha-pengusaha untuk memanfaatkan negara lainnya yang bisa kita masuki. Misalnya Afrika yang masih bagus," paparnya.
Ketua DPD Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sulselbar, Arief R Pabettingi menjelaskan, dampak ekspor Sulsel baru akan terasa jika dari negara Asia yang sebagian besar yang mengalami resesi. Seperti ke Tiongkok, Jepang, Korea, Vietnam, Malaysia, Singapura, Thailand, hingga India.
Berbeda dengan ekspor ke negara tujuan Amerika, Eropa, dan Australia. "70 persen ekspor Sulsel itu banyak di Asia. Sisanya itu baru ke negara lainnya," terangnya. (tam)