Kembangkan Destinasi Wisata Alam Petungkriyono Melalui Koperasi dan Medsos

fin.co.id - 09/08/2020, 09:59 WIB

Kembangkan Destinasi Wisata Alam Petungkriyono Melalui Koperasi dan Medsos

Selain air terjun dan keindahan alam hutannya, Petungkriyono juga memiliki potensi lainnya seperti camping ground, budaya masyarakat, peninggalan sejarah (tugu Belanda), dan Situs Gedong (megalitikum batu-batu besar). "Juga ada peninggalan Linggayoni, yaitu kepercayaan orang Hindu masa lalu tentang kesuburan tanah di Petungkriyono," kata Slamet.

Bahkan, dalam waktu dekat, akan ada fasilitas wisatawan penggila Paralayang di Desa Yosorejo. "Sedang kita persiapkan," tukas Slamet seraya menyebutkan, untuk mengelola destinasi Petungkriyono, setiap desa memiliki dua Kelompok Sadar Wisata, dan BUMDesMa sebagai holdingnya.

Diakui Slamet, jumlah wisatawan yang datang ke Petungkriyono terus meningkat, terutama pada musim liburan dan akhir pekan. Di Curug Lawe saja ada sekitat 2.000 orang perbulan. Bahkan, di Welo Asri sudah mencapai 3000-4000 orang perbulan. Bahkan, di era New Normal saat dibuka, pengunjung ke Petungkriyono tercatat overload.

"Di Welo Asri ada permainan River Tubing meluncur di sungai memakai ban seperti Goa Pindul di Yogyakarta", kata Slamet.

Turis Asing

Khusus untuk turis asing, biasanya mereka melakukan wisata pengamatan hewan di hutan. Di hutan Petungkriyono ada beberapa jenis hewan primata (monyet dan Lutung Owa Jawa), serta jenis-jenis burung. "Biasanya ramai turis asing itu awal September," imbuh Slamet.

Terkait fasilitas bagi wisatawan, Slamet mengakui belum sempurna seperti kawasan wisata terkenal lainnya. Baru ada lima homestay sederhana di setiap desa. Totalnya, ada 45 homestay di Petungkriyono. "Baru ada satu semacam resort, rumah pohon, dan rumah kayu di kawasan Curug Lawe," aku Slamet.

Meski begitu, jalanan menuju Petungkriyono meski menanjak terjal dan menurun tajam, terbilang bagus dan mulus. Bahkan, rencananya, jalan menuju Petungkriyono dari Pekalongan akan masuk menjadi jalan provinsi.

Dampak Ekonomi

Slamet mengakui, sejak Petungkriyono dikenal sebagai destinasi wisata, dampaknya terhadap ekonomi masyarakat sekitar sudah dirasakan. "Banyak warga yang membuka homestay, warung makan, toko kelontong, dan sebagainya, untuk memenuhi kebutuhan para wisatawan," kata Slamet.

Hanya saja, Slamet menjelaskan, masih butuh proses lagi untuk membangkitkan kesadaran masyarakat dalam mengembangkan wilayahnya sebagai destinasi wisata. "Masih butuh proses dari masyarakat petani menjadi kawasan wisata," tukas dia.

Padahal, selain potensi wisata, Slamet juga melihat potensi lainnya seperti perkebunan kopi (arabica dan robusta), peternakan sapi, hingga sayur-sayuran. Nantinya, akan dikembangkan wisata edukasi bagi para siswa, terkait peternakan sapi.

"Peluang masih banyak di Petungkriyono yang bisa dikembangkan dengan berkoperasi," pungkas Slamet. (andi/fin).

 

Admin
Penulis