News . 25/07/2020, 06:35 WIB

Udinese 2-1 Juventus: Laga Tanpa Pesta

Penulis : Admin
Editor : Admin

UDINE - Juventus yakin bisa menggelar pesta scudetto pada tengah pekan ini saat melawat ke markas Udinese, Jumat (24/7) dini hari WIB. Maklum saja, Udinese merupakan tim medioker yang tak memiliki pemain bintang. Kemenangan akan membawa Juventus meraih gelar juara Serie-A musim ini. Andai menang, poin Juventus menjadi 83. Artinya, andai Atalanta kalah di antara tiga laga terakhir, poin mereka hanya 80. Juventus pun dipastikan meraih scudetto.

Namun, skenario itu berantakan. Secara mengejutkan, Si Nyonya Tua tumbang di Dacia Arena, markas Udinese dengan skor 1-2. Dengan penguasaan bola hingga 61 persen, Bianconeri nyatanya sulit memborbardir gawang Le Zebrette-sebutan-Udinese.

Kekalahan itu membuat Juventus terpaksa harus menunda pesta scudetto pada malam itu. Sementara bagi Udinese, kemenangan ini membawa mereka menjauh dari zona degradasi Liga Italia 2019-2020. Tim asuhan Maurizio Sarri itu harus menunggu hasil laga Milan kontra Atalanta. Andai Milan menang, Juventus terpaksa berharap bisa menggelar pesta juara di kandang saat menjamu Sampdoria, Senin (27/7) depan.

Namun, Juventus tetap bisa menggelar pesta juara pada Senin malam dengan catatan, Atalanta maksimal hanya meraih hasil imbang di markas Milan. Andai imbang, poin Atalanta bertambah menjadi 75. Tersisa 2 laga, poin maksimal Atalanta hanya 81 angka. Sementara, saat ini Juventus sudah meraup 80 angka. Jika Atalanta kalah, sudah pasti Juventus hanya butuh satu kemenangan untuk menggelar pesta juara.

Dalam laga kemarin, Juventus memang tampil beringas. Cristiano Ronaldo dan kolega mencatatkan 21 tembakan dengan lima yang mengarah tepat sasaran berbanding 11 percobaan milik Udinese di mana empat di antaranya mengarah ke gawang.

Juventus awalnya lebih dulu memimpin lewat gol dari bek Matthijs De Ligt (42'), namun tujuh menit selepas jeda bomber Udinese Nestorovski menyamakan kedudukan 1-1 pada menit ke-52. Pada injury time babak kedua, Udinese memastikan kemenangan mereka melalui gol Seko Fofana (90+3').

Sarri menyebut kekalahan dramatis berawal dari nafsu Juventus untuk menang yang berakhir menjadi bumerang. Pada paruh kedua, sambung dia, tim mulai kehilangan bentuk permainan dan skema serangan hingga peluang itu bisa dimanfaatkan oleh tim tuan rumah.

"Kami mulai kehilangan konsenterasi termasuk bentuk permainan. Babak pertama kami sudah mulai menunjukkan performa yang bagus. Namun sejak gol penyeimbang, kami mulai arogan dan beusaha bagaimanapun caranya bisa menang. Nyatanya kami bermain seperti pemain akademi," katanya kepada Sky Sport Italia, dilansir Football Italia.

Sarri pun menyoal buruknya pertahanan Juventus. Ya, Sejak meraih scudetto Sembilan tahun silam yang pertama sejak promosi ke Serie A pada 2008/2009- Juventus tidak pernah kebobolan di atas 30 gol. Sementara musim ini, dari tiga laga tersisa, Juventus sudah kebobolan 38 gol. ”Ketidak solidan ini karena lebih ke kelelahan mental ketimbang fisik, kami mulai tidak tenang, itu saja,” tambahnya.

Pelatih 61 tahun itu juga menyinggung absennya sejumlah pemain pilar di banteng pertahanan Juventus karena cedera dan faktor lain. Salah satu yang dimaksudnya adalah Giorgio Chiellini. Baginya masalahnya pada factor usia. Giorgio Chiellini tak lagi muda. Bulan depan, dia berusia 36 tahun. Faktor usia membuat permainan dan kebugaran Chiellini menurun. Leo Bonucci juga mengalami masalah yang sama. Usianya kini sudah 33 tahun

“Giorgio Chiellini praktis tidak bermain sepanjang musim dan orang-orang tidak menyadari betapa pengalaman dan karakternya hilang. Leonardo Bonucci juga akumulasi hari ini," sambung mantan pelatih Napoli tersebut.

Sejatinya, Juventus sudah melakukan peremajaan dengan kehadiran Matthijs de Ligth. Pemain 20 tahun bermain dengan apik, namun kehilangan partner. Sosok seperti Daniele Rugani juga belum mampu menemukan konsistensinya. Cedera Merih Demiral membuat situasi makin pelik.

“Kami memang tengah belajar dari laga-laga ini dan mencoba menjaga pola permainan kami. Tentunya dengan apa yang kami punya," imbuhnya.

Terpisah, Pelatih Udinese Luca Gotti semringah atas hasil kemarin. Ia mengaku, tiga poin mampu memberi nafas bagi skuadnya terhindar dari jurang degradasi. "Saya tidak melihatnya datang, tetapi yang terbaik adalah para pemain melakukan segala yang mereka bisa," kata Gotti dilansir Football Italia.

Sebelum laga versus Juventus, Udinese sejatinya tanpa kemenangan dalam tiga partai terakhir. Mereka menalan kekalahan dari Sampdoria 1-3, imbang tanpa gol saat bentrok versus SS Lazio, pun menyerah 1-2 dari Napoli. ”Sarri memang pantas mendapat gelar scudetto, tapi tidak di Dacia Arena,” tandasnya. (fin/tgr)

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com