Gangguan Mental Anak dan Perilaku Bunuh Diri

JAKARTA - Hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli, dimanfaatkan Halodoc untuk menggelar diskusi media virtual. 

Diskusi berjudul “#HaloTalks: Gangguan Mental pada Anak, Musuh yang Tak Terlihat”, digunakan untuk mengingatkan tentang pentingnya peran orang tua dalam pertumbuhan anak, dari masa kecil mereka hingga dewasa. 

Diskusi tersebut menitikberatkan tentang perilaku bunuh diri, pada generasi muda khususnya mereka yang tinggal di negara berkembang. 

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO),  15 persen generasi muda Indonesia, memiliki kecenderungan untuk melakukan aksi mengakhiri hidup tersebut. 

Dan menurut pakar dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, masalah ini sebenarnya bermula dari awal pertumbuhan seorang anak, yang ketika gagal dikenali di fase tersebut, maka akan sulit untuk diatasi di kemudian hari. 

[caption id="attachment_473023" align="alignnone" width="846"] Annelia Sarii Sani saat berbicara dalam diskusi berjudul “#HaloTalks: Gangguan Mental pada Anak, Musuh yang Tak Terlihat”[/caption]

“Ketika tidak diatasi sedari masih anak-anak, maka akan menjadi masalah kompleks dan menyebabkan timbulnya gangguan mental yang besar (di kemudian hari),” kata Annelia Sari Sani dalam kesempatan tersebut. 

“Dan ketika mencapai masa remaja, sementara yang menjadi akarnya adalah di masa kanak-kanak, maka akan sulit untuk diatasi,” sambung Annelia.

Psikolog anak itu menjelaskan, mengapa hal yang demikian ini dapat terjadi di tengah masyarakat kita, karena gejala yang ditunjukan oleh masalah ini, seringkali terjadi tanpa disadari, khususnya mereka para orang tua.

“(Gejalanya muncul) di masa kanak-kanak, namun baru diatasi ketika dewasa, karena sifatnya yang silent atau tidak diketahui, atau juga karena (para orang tua) tidak menyadari akan adanya gangguan ini,” ungkap dia.(ruf/fin)