JAKARTA - Populasi penduduk lanjut usia (lansia) Indonesia terus meningkat. Jumlahnya hampir mendekati 10 persen dari total penduduk Indonesia.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebut bangsa Indonesia akan memasuki masa aging population atau penuaan penduduk. Dikatakannya, jumlah penduduk lansia saat ini telah mencapai 9,6 persen.
"Sebentar lagi apabila lansia kita sudah mencapai 10 persen, maka bangsa kita ini masuk dalam aging population. Itu hal penting yang perlu kita sadari bersama," katanya dalam webinar BKKBN bertema Pahami Lansia, Bahagia Seluruh Keluarga, Jakarta, Rabu (15/7).
Dijelaskannya, berdasarkan data Kementerian Sosial jumlah penduduk lansia Indonesia mencapai 25,67 juta jiwa. Dalam menghadapi aging population, ada permasalahan yang harus dihadapi pemerintah dan masyarakat. Permasalahan tersebut adalah rasio dependensi lansia yang terus meningkat terhadap orang-orang yang berusia produktif antara 15 sampai 65 tahun.
"Artinya semakin banyak lansia yang harus ditanggung kehidupannya oleh warga yang usia produktif. Dalam hal ini angkanya mencapai 15 persen," terangnya.
Karenanya harus ada keseimbangan antara rasio dependensi lansia dengan menurunnya rasio dependensi anak usia balita. Namun, jika jumlah lansia bertambah, sementara balita tidak menurun, maka rasio dependensinya akan lebih cepat membesar.
"Ujungnya beban pembangunan juga akan menjadi lebih berat," katanya.
Hasto pun mengingatkan kepada semua pihak, terutama keluarga tempat lansia berlindung, untuk memberikan perhatian terbaiknya. Sehingga para lansia dapat memenuhi memenuhi kebutuhan dasarnya dan menjadi lebih sehat, lebih bahagia, berkualitas dan lebih produktif. Dengan demikian tingkat dependensi terhadap orang-orang usia produktif juga dapat berkurang dan tentunya fokus pembangunan dapat bergerak lebih cepat.
"Dengan demikian, maka bonus demografi jilid dua bisa kita dapatkan. Itulah pentingnya kita bersama-sama memperhatikan (kesejahteraan) para lansia," katanya.
“Keluarga dan lansia perlu mengetahui perubahan perkembangan reproduksi yang dialami oleh lansia. Keluarga juga perlu membantu dalam menyediakan makanan bergizi, mendampingi lansia dalam melakukan pemeriksaan kesehatan, dan mendukung lansia dalam pengembangan hobi,” tambah Hasto.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (Pergemi) Siti Setiati, meminta agar seluruh masyarakat terutama keluarga yang didiami lansia untuk memperhatikan faktor kesehatannya.
Keluarga menurutnya harus mengajak atau melibatkan lansia dalam berbagai aktivitas. Ini penting untuk menjaga kesehatan lansia, baik secara fisik dan mental.
“Sebanyak 40,64 persen lansia Indonesia masih tinggal bersama anak dan cucu, sehingga keluarga mempunyai peran penting untuk menjaga kesehatan lansia. Jagalah kesehatan fisik dan mental mereka dengan melibatkan mereka pada berbagai aktivitas, serta diskusi-diskusi dalam keluarga,” katanya.
Sementara Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kemenasos Harry Hikmat mengatakan sebanyak 40 persen dari total 25,67 juta lansia atau sekitar 12,6 juta jiwa masuk kategori rentan dan miskin atau prasejahtera.
"Kemensos mempunyai data terpadu kesejahteraan sosial yang sudah diverifikasi, terakhir pada 2019," katanya.