TIGARAKSA – Perjalanan penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) sudah memasuki tahun ketujuh. Program yang digaungkan oleh pemerintah lewat BPJS Kesehatan ini memberikan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar seluruh masyarakt yang telah terdaftar sebagai peserta JKN-KIS dapat memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
Sudah 4 tahun belakangan ini, Masri (69) merasakan sendiri manfaat memiliki jaminan kesehatan.
Ketika ditemui di RSUD Kabupaten Tangerang, Selasa (18/02), Masri ditemani oleh kerabatnya, Rohimah, sedang menjalani hemodialisa atau cuci darah. Hemodialisa ini rutin dijalani oleh Masri setiap dua kali dalam seminggu. Mewakili Masri, Rohimah bercerita bahwa selama menjalani hemodialisa, tidak pernah ada tambahan biaya pelayanan kesehatan yang harus dibayarkan, semuanya dijamin oleh BPJS Kesehatan.
“Gratis. Tidak ada bayar sama sekali selama proses cuci darah di RSUD Kabupaten Tangerang ini. Paling yang perlu disiapkan uang untuk transportasi dan makan di sini,” ungkap Rohimah.
Masri tercatat sebagai peserta JKN-KIS dari segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai peserta mandiri sejak tahun 2016. Warga Batu Ceper, Kota Tangerang ini memilih hak kelas rawat di kelas dua dan merasa tidak ada diskriminasi pelayanan terhadap peserta JKN-KIS.
“Selama mendapati perawatan dan proses cuci darah disini, saya melihat bahwa tidak dibeda-bedakan. Pelayanannya sama-sama baik, mau itu pasien umum, mau itu pasien JKN-KIS. Alhamdulillah, kita tidak pernah mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan,” kata Rohimah.
Rohimah bersyukur dengan kehadiran Program JKN-KIS, karena berkat program yang dikelola oleh BPJS Kesehatan itu, kerabatnya dapat menjalani hemodialisa dengan nyaman. Ia menambahkan dengan iuran yang Masri bayarkan setiap bulannya jika diakumulasikan sejak pertama kali besarannya pasti jauh lebih kecil dari biaya hemodialisanya. Beruntung sekali bagi penderita gagal ginjal, termasuk Masri, yang sudah menjadi peserta JKN-KIS karena tidak perlu memikirikan biaya hemodialisa dan dapat fokus untuk memelihara kesehatannya. Karena, tak sedikit cerita yang didapat oleh Rohimah mengenai pasien gagal ginjal yang tidak bertahan lama karena tidak memiliki biaya untuk berobat.
“Saya nggak bisa berkata banyak. Cuma bisa bilang terima kasih banyak kepada Pemerintah, BPJS Kesehatan, klinik, rumah sakit, dan keluarga saya yang sudah membantu perawatan saya selama ini,” ucap Masri sambil menitikan air mata.
(Adv/Mul/Fin)