MAKASSAR - Terhitung hampir empat bulan lama liga tak bergulir. Akademisi Univeritas Indonesia mentaksir, kerugian yang timbul dari hal itu mencapai nilai triliunan.
Kepala Kajian Iklim Usaha dan Rantai Nilai Global LPEM Universitas Indonesia, Mohamad Dian Revindo menyampaikan, efek dari terhentinya liga bukan main-main. "Kerugian akibat perputaran ekonomi yang berhenti karena mandeknya kompetisi liga berkisar antara Rp 2,7 hingga Rp 3 triliun dalam satu tahun," sebutnya seperti dikutip dari Harian Fajar (Fajar Indonesia Network Grup), Jumat, 26 Juni.
Dari sudut pandangnya, dampak ekonomi ini sangat besar. Karena sepak bola di Indonesia sudah menjadi industri dan menggerakkan kesempatan kerja hingga 24 ribu orang. "Patut dicatat, dampak karena kompetisi itu tak hanya berhenti di ekonomi, tetapi menghasilkan dampak sosial," kata Revindo.
Sementara itu, Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan, bergulirnya kompetisi tentu saja berdampak bagi perekonomian nasional, khususnya bagi industri persepakbolaan nasional.
"Dengan kembali bergulirnya liga, para pelatih, pemain, dan komponen-komponen lain di klub akan kembali mendapatkan pemasukan. Sponsor pun mengucurkan lagi dananya," jelasnya.
Ia menegaskan, bergulir liga nanti tetap akan mengikut protok kesehatan yang dianjurkan. Bahkan, klub-klub peserta liga telah sepakat mengutamakan kepentingan nasional dengan mengikuti kompetisi yang akan bergulir lagi.
"Kami sudah membuat sebelas buku panduan protokol kesehatan terkait pelaksanaan kompetisi di masa Covid-19. Komunikasi dengan klub dan Asprov juga terus kami lakukan," tutupnya. (gsa/ham)