News . 27/06/2020, 08:52 WIB
JAKARTA - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengatakan, bahwa dalam kondis pandemi covid-19 perlu upaya untuk mempercepat adopsi teknologi pembelajaran guna memaksimalkan kualitas pembelajaran jarak jauh (PJJ).
"Perlu adanya upaya untuk mempercepat adopsi teknologi pembelajaran sehingga kualitas pembelajaran di rumah semakin meningkat," kata Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kemendikbud, Iwan Syahril dalam pernyataannya, Jumat (26/6)
Desakan itu di dasari dari hasil survei Kemendikbud secara daring terhadap 38.109 siswa dan 46.547 orang tua pada seluruh jenjang pendidikan di seluruh provinsi di Indonesia, pada 13-22 Mei 2020.
Kemendikbud juga bekerja sama dengan UNICEF dalam melakukan survei melalui layanan sms gratis terhadap 1.098 siswa dan 602 orang tua. Hasil survei, kata dia, sebanyak 96,6 persen siswa belajar sepenuhnya dari rumah.
Iwan menjelaskan, tantangan pertama belajar di rumah yakni terkait kebiasaan. Selama ini, proses pembelajaran selalu berpusat kepada guru. Tantangan kedua, adopsi teknologi yang semakin dipercepat.
"Survei mengatakan semakin banyak guru dan siswa yang mulai menggunakan teknologi dalam melakukan pembelajaran. Percepatan itu dinilai cukup menggembirakan karena sejak lama Kemendikbud mendorong adopsi teknologi dalam pembelajaran," terangnya.
"Dengan adanya pandemi ini, terjadi adopsi teknologi yang signifikan, mulai dari teknologi yang sederhana hingga kompleks," imbuhnya.
Menurut Iwan, pembelajaran dari rumah oleh guru dan siswa secara interaktif saat ini yang masih terbatas, sangat dimungkinkan dengan tingginya tingkat penggunaan media sosial sebagai sarana interaksi antara guru dan siswa.
Terlebih lagi, aplikasi sumber belajar daring sebagai sarana pembelajaran yang mendukung terjadinya personalisasi belajar (personalized learning) telah dimanfaatkan oleh lebih dari separuh siswa.
"Personalisasi belajar memungkinkan pengalaman belajar yang adaptif, sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing anak," ujarnya.
Iwan juga menyampaikan, perlunya sosialisasi lebih masif lagi mengenai tidak adanya tuntutan menuntaskan kurikulum selama pembelajaran di masa pandemi. Serta, asesmen capaian belajar peserta didik yang tidak harus berbentuk nilai atau skor kuantitatif.
"Bahwa hasil belajar peserta didik selama belajar dari rumah lebih mengutamakan umpan balik yang sifatnya kualitatif. Tidak harus memberikan skor atau nilai yang kuantitatif," terangnya.
Sementara itu, Kepala Pusat Penguatan Karakter Kemendikbud Hendarman menjelaskan, bahwa program belajar dari rumah lewat tayangan TVRI juga merupakan alternatif pembelajaran di tengah pandemi yang bersifat tidak wajib.
"Meski begitu, siswa dan guru mengapresiasi ditayangkannya program-program peningkatkan kemampuan literasi, numerasi, penumbuhan karakter, dan wawasan kebudayaan yang disiarkan melalui TVRI ini," katanya.
Survei terpisah yang dilakukan Pusat Penguatan Karakter Kemendikbud pada 20 April-24 Mei 2020, 6.061 responden siswa memberikan nilai 8,4 dari 10, untuk manfaat yang diberikan program belajar dari rumah. Sementara itu, sebanyak 2.391 responden guru memberikan nilai 8,1.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com