News . 26/06/2020, 10:33 WIB
MAROS - Krisis air bersih mulai menimbulkan gejolak. Pemkab Maros dituding lebih mementingkan industri daripada warga.
Krisis air berkepanjangan di Kecamatan Bontoa tidak ada solusi. Warga protes lantaran sumber air di kampung Batubassi, dikuasai dua perusahaan besar.
"Pemerintah lebih mementingkan kebutuhan industri. Padahal itu sumber air kami," ujar Arung Tri Prio, pimpinan aksi di kantor Bupati Maros seperti dikutip dari Harian Fajar (Fajar Indonesia Network Grup), Kamis, 25 Juni.
Pemkab Maros telah mengerjakan proyek pipanisasi ke area pesisir di Kecamatan Bontoa. Hanya saja, proyek tersebut terkesan sia-sia, sebab air bersih tidak sampai ke permukiman. Debit air berkurang di hulu. "Kami butuh air, bukan pipa yang tidak ada airnya," tambah Arung.
Mirisnya lagi kata dia, warga harus berebut air dengan ternak untuk air bersih. Sekda Maros, Andi Davied Syamsuddin, menjelaskan, sejak 2005 Pemkab Maros telah beberapa kali melakukan kegiatan-kegiatan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih di Bontoa.
Dua tahun terakhir ini, Pemkab Maros juga telah mengalokasikan pengadaan air di Kecamatan Bontoa. "Tahun ini dilanjutkan kembali proyek pipanisasi sepanjang 8,8 kilometer. Target Oktober tahun ini rampung," sebutnya.
Pada dasarnya kata dia berbagai upaya telah dilakukan pihak Pemkab Maros. Hanya saja kondisi geografis yang membuat sulitnya air sampai disana. Bahkan pihaknya pernah bekerja sama ITB mengebor di sekitar Desa Ampekale. "Sempat ada air tawar, tapi hanya berlangsung dua minggu saja. Setelahnya air kembali asin," sebut Davied. (rin)
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com