Bank Jangan Kikir Kucurkan Kredit

fin.co.id - 25/06/2020, 13:55 WIB

Bank Jangan Kikir Kucurkan Kredit

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

MAKASSAR - Pelonggaran dari Industri Jasa Keuangan (IJK) akan sangat krusial untuk memulihkan sektor-sektor yang terdampak. Terutama dui sektor kredit.

Pada analisis tracking perekonomian terdampak Covid-19 untuk kuartal kedua tahun ini, pengamat Ekonomi Prof Marsuki mengungkapkan, ada sektor yang berjalan stagnan dan ada pula sektor yang tertekan makin parah.

Untuk sektor yang diprediksi berjalan stagnan pada kuartal kedua ini, yakni makanan pokok serta bisnis farmasi. Masing-masing pertumbuhannya berkisar 7 persen (yoy) dan 3 persen (yoy) saja.

Baca Juga: OJK Pastikan Dana Nasabah Aman di Perbankan

"Kalau yang paling tertekan, itu otomotif atau alat transportasi dan juga pembiayaan konsumen. Masing-masing dihitung seret menjadi -51 persen (yoy) dan -53 persen (yoy)," sebutnya seperti dikutip dari Harian Fajar (Fajar Indonesia Network Grup, Rabu, 24 Juni.

Ada ruang bagi IJK untuk tetap bisa memberi dukungan pembiayaan terhadap sektor terdampak. "Pada prinsipnya, perbankan tak boleh kikir menyalurkan kreditnya," saran Rektor Institus Bisnis dan Keuangan (IBK) Nitro ini.

Merujuk catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulampua, performa penyaluran kredit di Sulsel terpantau mengalami kontraksi. Per April, total kredit yang tersalur, Rp121,73 triliun. Angka itu surut 0,07 persen.

Dari perspektifnya, fungsi intermediasi perbankan terhadap segmen korporasi jangan sampai kendur. Apala,gi bagi sektor tradable, mengingat korporasi pun saat ini sedang dalam fase konsolidasi di tengah ketidakpastian.

"Peran perbankan akan sangat penting. Pelonggarannya dibutuhkan," kata dia.

Salah satu sektor yang kini juga lumayan terpukul di tengah situasi pandemi adalah properti. Wakil Ketua DPD REI Sulsel Bidang Promosi dan Pameran Mustajab Mudji menerangkan unit yang laku saat ini merupakan hasil running dari triwulan pertama.

"Ya memang mungkin ada pelonggaran untuk mendukung aktivitas ekonomi masyarakat. Tetapi, bagi pengembang, pelonggaran di bank untuk calon user yang ingin beli rumah itu juga sangat penting," bebernya.

Sebelum menyetujui sebuah usulan kredit, perbankan kini sangat mempertimbangkan aspek pendapatan masyarakat. Mereka yang berpenghasilan tidak tetap, kerap sulit diberi persetujuan.

"Perbankan punya kecenderungan meloloskan kredit untuk para pegawai dan sejenisnya saja. Nah, ini mungkin perlu jadi atensi," harap Mustajab. (gsa/zuk)

Admin
Penulis