PALEMBANG - Pandemi Covid-19 mengubah wajah sepak bola nasional dan dunia. Tidak ada sorak sorai penonton dan suporter di dalam stadion. Di dalam stadion, murni hanya ada pertunjukan para seniman bola dan pelatih adu strategi. Bahkan untuk lanjutan Liga 2, PSSI membatasi maksimal 82 orang yang ada di dalam stadion selama pertandingan.
“Zona satu yang merupakan area lapangan tengah, hanya boleh diisi 82 orang. Ya mau gimana lagi. Ini konsekuensi protokol kesehatan yang juga diadopsi dari FIFA. Harus dipenuhi. Wajib dilaksanakan,” terang Faisal Mursyid, Sekum PT Sriwijaya Optimis Mandiri selaku perusahaan yang membawahi Sriwijaya FC.
Dijelaskan Faisal, sebanyak 82 orang itu adalah 22 orang dari masing-masing tim yang berjumlah 11 pemain. Kemudian empat orang perangkat pertandingan. Tiga fotografer, empat anak gawang yang berusia di atas 16 tahun. Kemudian empat orang keamanan, tiga staf sterilisasi, empat orang staf medis dengan ketentuan masing-maiang dua orang untuk satu tim.
Lalu 18 pemain cadangan dari masing-masing tim sembilan orang di bangku cadangan. Selanjutnya 20 staf pelatih untuk kedua tim masing-masing 10 orang. “Kemudian ada juga personel di luar stadion yang berjumlah 72 orang. Terdiri dari 50 petugas keamanan, 14 kru televisi, dan delapan staf pengelola stadion,” ucapnya.
Kemudian keluar masuk setiap orang di stadion juga dijaga ketat. Harus melalui satu pintu masuk dan satu pintu keluar. Suhu tubuh harus diukur dengan thermalscanner.
Pemain tidak boleh meludah sembarangan di dalam stadion. Harus menutup hidung dan mulut saat bersin dan batuk dengan siku. Tempat pertandingan harus disterilisasi sebelum pertandingan dan diwajibkan ada hand sanitizer. Wawancara media dengan para pemain dan pelatih secara langsung di lapangan ditiadakan dan dilakukan secara virtual pada ruangan konferensi pers yang telah disediakan.
Adanya tata tertib itu, maka jika Sriwijaya FC ditunjuk menjadi tuan rumah Liga 2 yang memakai format home tournament, maka tidak bisa dinikmati langsung oleh suporter. Mereka harus menonton dari layar kaca. Memberi dukungan dari rumah masing-masing. Sudah pasti akan mengurangi pemasukan panitia pelaksana.
“Pemasukan pasti berkurang dengan protokol kesehatan seperti ini karena tidak bisa memaksimalkan pemasukan dari tiket. Tapi mau bagaimana lagi. Kami harus bisa memaksimalkan potensi pemasukan dari sponsor selain subsidi dari PSSI atau PT Liga Indonesia Baru,” jelas pria bergelar Datok Talangik itu. (kmd/gsm/ce2)