News . 19/05/2020, 03:15 WIB

Pasar Narkoba Sintetis Berkembang di Asia Tenggara

Penulis : Admin
Editor : Admin

JAKARTA - Perserikatan Bangsa-Bangsa Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC) melaporkan, bahwa dalam satu tahun terakhir pasar narkoba sintetis di Asia Timur dan Asia Tenggara terus berkembang dan semakin beragam.

Parahnya lagi, harga metamfetamin, salah satu jenis narkoba sintetis turun sampai ke tingkat terendah dalam sepuluh tahun terakhir, seiring dengan peningkatan pasokan.

Hal itu termuat dalam laporan berjudul ‘Narkoba Sintetis di Asia Timur dan Tenggara: Perkembangan Terakhir dan Tantangan’ yang baru diluncurkan oleh UNODC.

"Sulit untuk membayangkan bahwa sindikat kejahatan terorganisasi berhasil sekali lagi untuk memperluas pasar narkoba, namun itulah kenyataannya," kata perwakilan UNODC untuk Asia Tenggara dan Pasifik, Jeremy Douglas, dalam pernyataan tertulis, Senin (18/5).

BACA JUGA: Rumah Isolasi Gen Halilintar di Malaysia Terendam Banjir

Ironisnya, ketika saat ini dunia tengah mengalihkan perhatian ke pandemi Covid-19, semua indikator menunjukkan bahwa produksi dan perdagangan narkoba sintetis, serta bahan baku atau bahan pendukung pembuatan obat-obatan (prekursor) meningkat ke rekor baru di kawasan.

Laporan UNODC tentang perkembangan narkoba sintetis di kawasan Asia Timur dan Tenggara itu juga menyebutkan, bahwa penyitaan metamfetamin di kawasan terus meningkat dari tahun ke tahun selama satu dekade terakhir, suatu fenomena yang tidak ditemui di belahan dunia lain.

Negara-negara di kawasan telah mengonfirmasi penyitaan 115 ton metamfetamin pada 2019. Angka tersebut tidak termasuk data dari Cina, yang menyita rata-rata hampir 30 ton per tahun selama lima tahun terakhir.

Selain itu, Asia Timur dan Tenggara juga mengalami kenaikan stabil dalam peredaran opioid sintetis yang berbahaya. Pada 2019, terdapat 28 jenis opioid yang teridentifikasi dalam pasokan narkoba ilegal di kawasan.

"Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan yang terbilang drastis dari tahun 2014, saat terdapat tiga jenis opioid yang teridentifikasi," ujarnya.

Tangkapan yang tercatat pada 2019 juga terjadi di lokasi-lokasi baru karena kelompok kejahatan terorganisasi terus berupaya mengembangkan bisnis gelap tersebut.

BACA JUGA: Miliki Ganja, 6 Pecandu dan Bandar Diringkus

"Opioid sintetis seperti fentanyl dan jenis-jenis lain yang bahkan lebih berbahaya membutuhkan lebih banyak perhatian dibandingkan saat ini di kawasan," tuturnya.

Selain metamfetamin dan opioid sintetis, laporan UNODC juga mengonfirmasi keberadaan narkoba sintetis lainnya, termasuk pil ekstasi, ketamine, dan kanabinoid.

Kepala Bagian Laboratorium dan Ilmiah UNODC, Justice Tettey, mengatakan bahwa strategi-strategi di kawasan, bahkan di seluruh dunia, harus didasarkan pada pemahaman mengenai asal usul kimia dari narkoba sintetis. Sebab, pasar narkoba sintetis di kawasan bergerak dinamis dan terus berubah.

"Itu sebabnya forensik dan kemampuan mengendalikan prekursor sangat diperlukan negara-negara dan kawasan untuk dapat merespons secara efektif," katanya. (der/fin)

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com