BOGOR- Sagu menjadi salah satu komoditas pangan penting bagi masyarakat Indonesia terutama masyarakat di kawasan timur Indonesia. Namun, sejak pemerintah menetapkan beras sebagai bahan pangan nasional, eksistensi sagu saat ini mulai bergeser dan tidak diminati. Keadaan berbalik, di tengah ancaman pangan akibat pandemi Covid-19, sagu mulai dilirik sebagai pangan alternatif.
Dekan Fakultas Pertanian (Faperta) Institut Pertanian Bogor (IPB) University, Dr Suwardi mengatakan sagu berpotensi menjadi pangan fungsional pengganti beras terutama ketika ada musibah seperti saat ini. Tidak hanya itu, sagu juga memiliki kadar glikemik yang rendah sehingga bagus untuk dikonsumsi oleh penderita diabetes. "Sagu memiliki indeks glikemik yang rendah jika dibandingkan dengan beras biasa. Makanan dengan indeks glikemik yang rendah memang bagus untuk penderita diabetes, karena bisa menjaga kadar gula darah," terangnya.
Sementara, Dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Prof HMH Bintoro menjelaskan sagu merupakan komoditas pertanian asli Indonesia yang berpotensi sebagai bahan pangan alternatif dan sebagai bahan agroindustri. "Sebaran tanaman sagu di Indonesia berada di Kalimantan Barat, Riau, Sulawesi Tenggara, Maluku dan Papua. Dari semua daerah tersebut produksi terbesar masih dipegang oleh Papua,” papar Bintoro.
Lebih lanjut ia menjelaskan, komoditas sagu dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan seperti beras analog, industri makanan, bahan baku industri seperti industri kertas, bahan bakar, kosmetik, farmasi dan pestisida.
Terkait sagu berpotensi sebagai bahan baku industri, Dwi Asmono dari PT. Sampoerna Agro menjelaskan sagu dapat digunakan untuk bahan membuat pasta, mie, kue, bakso, tekstil, krim kosmetik, bioplastik, kertas, lem, dan bioetanol. “Sedikitnya ada tiga potensi sagu sebagai bahan baku pangan dan non pangan, yaitu untuk kebutuhan domestik, ekspor maupun untuk pangan substitusi impor,” papar Asmono.
Ia menjelaskan, kadar protein tepung sagu sangat rendah jika dibandingkan dengan tepung gandum maupun tepung beras. Namun demikian, sagu memiliki kadar glikemik rendah sehingga cocok dikonsumsi oleh penderita diabetes. Tidak hanya itu, sagu juga memiliki kadar gluten rendah sehingga baik untuk kesehatan.
“Sagu ini juga cepat mengenyangkan, jadi dengan makan sedikit saja, maka akan cepat kenyang, kelebihan ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang obesitas,” tandasnya. (fin/tgr)