Pandemi Harus Jadi Pil Kuat Gotong Royong Rakyat Indonesia

fin.co.id - 18/05/2020, 18:11 WIB

Pandemi Harus Jadi Pil Kuat Gotong Royong Rakyat Indonesia

JAKARTA -Pandemi Covid-19 tidak hanya meluluhlantakkan ekonomi, sendi kehidupan berbangsa dan bernegara pun terancam. Berbagai tradisi kebangsaan dan beragama pun harus diubah total untuk mencegah penyebaran virus korona.Namun, kondisi tidak harus membuat bangsa Indonesia berkecil hati.
Justru bagi Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi PKB, KH Maman Imanulhaq, pandemi harus dihadapi dengan jiwa besar. Ia  mengatakan, di saat umat Islam menjalani ibadah puasa dan menyambut Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) tentu ini menjadi momentum kebangkitan bersama.

“Jadikan momentum puasa, Harkitnas dan Idul Fitri ini untuk bangkit dan bersatu meraih kemenangan melawan pandemi Corona. Ikuti anjuran pemerintah, Insya Allah kita segera akan melewati cobaan ini,” ujarnya, Senin (18/5).

Maman mengungkapkan, pandemi memberi pelajaran penting bagi bangsa Indonesia menguatkan kembali karakter gotong royong. Di samping itu, pandemi makin merapatkan lagi keberagaman ini dengan kasih sayang, toleransi, dan semangat berbagi.

"Kebencian, radikalisme dan terorisme ternyata bisa kita lawan bersama dengan menyadari bahwa persoalan kemanusiaan kita bukan politik identitas yang menonjolkan perbedaan, tapi kemiskinan, kebodohan dan juga pandemi,” jelasnya.

Pimpinan Pesantren Al-Mizan Jatiwangi Majalengka, Jawa Barat ini menambahkan, bahwa pandemi Covid-19 mengharuskan masyarakat untuk menunda banyak kesenangan seperti berkumpul dan bepergian. Semua dianjurkan untuk stay at home atau tetap tinggal di rumah. Dan ini sesuai dengan hakikat puasa itu sendiri. "Dalam bahasa Arab, puasa dikenal dengan istilah shaum atau shiyam. Keduanya memiliki makna "Al-Imsak" yaitu menahan diri atau menunda kesenangan,” kata Maman.

Hal tersebut, katanya, sangat relevan dengan tujuan berpuasa yaitu menunda kesenangan dan mengkhusyukan diri di rumah dengan beribadah, bekerja dan meningkatkan kualitas komunikasi antar anggota keluarga demi terwujudnya ketahanan keluarga.

Maman menilai pemerintah telah optimal dalam memerangi pandemi ini. Namun, ia tetap memberikan catatan penting yang harus diperbaiki pemerintah yaitu soal validasi data dan koordinasi antar lembaga dan kementrian. Dua kelemahan sangat terlihat saat menghadapi COVID-19.

"Kita butuh kerja keras, kerja sama dan kerja cerdas. Ini hikmah penting, memerangi virus Corona birokrasi pemerintah harus bergerak dengan sistematis, profesional dan sinergis, tidak boleh ada kebijakan yang tumpang tindih,” urainya.

Menurut Maman, umat Islam masih terbelah dalam menghadapi COVID-19. Yang pasti, suasana Ramadan benar-benar berubah, lebih sunyi dan sedikit mencekam. "Tapi ini mengajarkan kita tentang hakikat Ramadan untuk lebih berintrospeksi diri (muhasabah) dan tidak terjebak kepada prilaku keberagaman yang simbolik dan palsu,” tukasnya.

Meski demikian, ia melihat semangat solidaritas umat Islam dan seluruh masyarakat dalam berbagi tetap terlihat. Dengan pandemi ini, pembagian zakat juga lebih subtansional. Diharapkan pembagian zakat tidak ada yang berkerumun dan berdesak-desakan hingga jatuh korban.

Selain itu, tradisi silaturahmi dan mudik di Hari Raya Idul Fitri sedikit berubah dan pasti lebih sepi, tetapi itu akan tetap makna yang besar bagi umat Islam.

“Idul Fitri tahun ini sangat spesial. Selain kita rayakan sebagai hari kemenangan setelah berpuasa menahan hawa nafsu, mari kita jadikan momentum Idul Fitri untuk meraih kemenangan melawan COVID-19,” tandasnya. (fin/tgr)

Admin
Penulis