News . 12/05/2020, 04:33 WIB
JAKARTA - Target capaian literasi yang dipatok oleh Pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, dinilai terlalu rendah.
Pengamat pendidikan Indra Charismiadji mengatakan, harusnya pemerintah lebih berani menetapkan capain target, agar upaya untuk mengejar ketertinggalan literasi juga bisa lebih optimal.
Skor capaian literasi yang dipatok Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam RPJMN 2020-2024 hanya sebesar 396. Angka ini bahkan masih jauh di bawah capaian rata-rata negara anggota The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yakni 487.
"Pemerintah harus berani mengubah target capaian skor literasi ini guna meningkatkan mutu pendidikan Indonesia, dan tak tertinggal dari negara lain," kata Indra, Senin (11/5).
Menurut Indra, literasi merupakan hal dasar yang harus menjadi perhatian pemerintah. Sebab, aspek ini menjadi tolok ukur kemampuan peserta didik di Indonesia.
"Kalau orang Indonesia tidak mampu membaca, berarti tidak mampu belajar," ujarnya.
"Hasil PISA terbaru 55,4 persen siswa Indonesia tingkat literasinya berada di level 1. Ini jauh tertinggal dibanding Vietnam, yang hanya mencatatkan 13,9 persen pelajarnya masuk kategori literasi di level 1," jelasnya.
Dengan demikian, Indra menyarankan target capaian literasi diubah dan masuk dalam revisi Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Menurutnya, membuat sumber daya manusia (SSDM) Indonesia yang unggul tak boleh sekadar slogan.
"Ini Kemampuan membaca ini adalah yang paling dasar, harus diperbaiki targetnya. Kalau unggul harus benar-benar, jangan hanya slogan saja" ujarnya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim mengatakan, bahwa untuk memperbaiki kemampuan membaca siswa di Indonesia, pihaknya akan mengubah isi buku pelajaran yang selama ini digunakan.
"Untuk meningkatkan literasi harus mengubah paradigma, buku-buku yang digunakan di sekolah selama ini hanya fokus ke buku-buku paket pembelajaran dan kurikulum," kata Nadiem.
Nadiem menyebutkan, skor kemampuan membaca siswa Indonesia adalah 371 dan berada di posisi 74, kemampuan matematika skornya 379 di posisi 73 dan kemampuan sains di dengan skor 396 di posisi 71.
Untuk itu, kata Nadiem, terkait penilaian kompetensi pembelajaran dari masing-masing daerah juga akan diubah. Terlebih, perubahan ini khususnya mengenai ujian yang menggantikan Ujian Nasional (UN).
"Akan ada beberapa perbedaan dengan UN. Pertama 'assesment' di masing-masing sekolah dan tidak semua siswa akan diuji, tapi 'sampling' dari setiap sekolah di tingkat SD, SMP, SMA dengan standar yang sama di semua daerah," tutur Nadiem.
Selain perubahan jenis ujian akhir dan perlakuan setelah ujian akhir tersebut, Nadiem juga akan melakukan penyederhanaan kurikulum di semua jenjang.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com