Jokowi: Saya Memahami Kenapa Mereka Mundur

fin.co.id - 25/04/2020, 02:15 WIB

Jokowi: Saya Memahami Kenapa Mereka Mundur

JAKARTA - Presiden Joko Widodo memahami keputusan pengunduran diri CEO Ruangguru, Adhamas Belva Devara, dan CEO PT Amartha Mikro Fintek, Andi Taufan Garuda Putra, sebagai staf khusus presiden dari kalangan muda alias milenial.

”Saya memahami kenapa mereka mundur, saudara Belva Devara dan saudara Andi Taufan. Mereka anak-anak muda yang brilian, yang cerdas, dan memiliki reputasi serta prestasi yang sangat baik,” kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (24/4).

Belva Devara mengajukan surat pengunduran diri kepada dia pada 15 April 2020 melalui surat dan menyampaikan langsung kepadanya pada 17 April 2020 namun baru mengumumkannya pada 21 April 2020.

Sedangkan Andi Taufan juga mengajukan pengunduran diri melalui surat pada 17 April 2020 dan mengumumkan ke publik pada 24 April 2020. Pengunduran kedua orang itu merupakan pengunduran diri secara terbuka dan segera staf-staf pada lingkar kekuasaan presiden dalam beberapa waktu terakhir ini. ”Sebetulnya saya ingin mereka tahu mengenai pemerintahan, mengenai kebijakan publik,” kata Jokowi.

BACA JUGA: Azizah Bersama NU Tangsel Gotong Royong Lawan Corona

Belva Devara dan Andi Taufan adalah bagian dari tujuh staf khusus baru dari kalangan muda yang ditunjuk pada 21 November 2019. ”Mereka telah banyak membantu saya bersama-sama dengan staf khusus lainnya dalam membuat inovasi di berbagai sistem pelayanan publik sehingga lebih cepat dan efektif,” katanya.

Jokowi juga berharap keduanya dapat sukses di bidang masing-masing. ”Saya meyakini, insya Allah, mereka akan sukses di bidang masing-masing. Belva di bidang pendidikan dan Andi Taufan di bidang 'fintech' keuangan mikro dan usaha kecil,” katanya.

Tersisa lima orang staf khusus lain dari kalangan muda yaitu Putri Indahsari Tanjung (CEO dan founder Creativepreneur); Ayu Kartika Dewi (pendiri Gerakan Sabang Merauke); Gracia Billy Mambrasar (CEO Kitong Bisa), Angkie Yudistia (pendiri Thisable Enterprise), serta Aminuddin Maruf (santri yang juga mantan ketua umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia).

Belva ramai disorot publik karena Ruangguru melalui programnya Skill Academy menjadi penyedia pelatihan “online” untuk Program Kartu Pra Kerja.

Program Kartu Pra Kerja adalah program pemerintah senilai total Rp20 triliun yang menyedikan pelatihan "online" dan tatap muka. Belva melalui akun Twitter miliknya mengatakan ia tidak terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut dan tidak tahu menahu soal keikutsertaan Ruangguru dalam program kartu Prakerja.

BACA JUGA: Refocusing Anggaran Tidak Boleh Turunkan Kualitas Pelayanan Publik

Sedangkan Andi Tafuan dikritik tajam karena mengirimkan surat kepada seluruh camat di Indonesia. Surat bernomor 003/S-SKP-ATGP/IV/2020 tertanggal 1 April 2020 dengan kop garuda pancasila yang dilengkapi tulisan ”Sekretariat Kabinet Republik Indonesia” yang ditujukan kepada para camat di seluruh wilayah Indonesia perihal Kerja Sama sebagai Relawan Desa Lawan Covid-19.

Dalam surat itu disebutkan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi menginisiasi program Relawan Desa Lawan COVID-19 sudah melakukan kerja sama dengan PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) dalam menjalankan program tersebut di area Jawa, Sulawesi dan Sumatera. Andi Taufan adalah pendiri sekaligus CEO Amartha hingga saat ini. Andi Taufan lalu memohon maaf dan menarik surat itu pada 14 April 2020.

BACA JUGA: Derita Daluna dan Rohima Sampai ke Presiden

Terpisah, Mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M Syarif menghargai mundurnya dua staf khusus (stafsus) milenial Presiden Joko Widodo, yakni Adhamas Belva Devara dan Andi Taufan Garuda Putra yang diduga memiliki konflik kepentingan.

”Saya menghargai dia (CEO PT Amartha Mikro Fintek Andi Taufan) telah mengundurkan diri, termasuk yang (CEO) Ruangguru (Belva Devara), juga mengundurkan diri. Jadi, janganlah anak-anak muda ini teracuni kepalanya dengan conflict of interest," kata Syarif.

Seharusnya, kata dia, dua stafsus tersebut memberikan contoh kepada anak-anak muda lain terlebih mereka adalah lulusan luar negeri. ”Seharusnya orang muda itu apalagi sekolahnya sampai di luar negeri, memberikan contoh kepada teman muda yang lain,” tuturnya.

Terkait hal itu, Syarif pun menilai tidak ada perbedaan sifat antara pejabat milenial dengan pejabat kolonial atau yang lebih tua dalam hal konflik kepentingan. ”Ternyata milenial dan kolonial itu sama saja sifatnya. Kalau sudah uang, lupa segalanya. Oleh karena itu, kita berharap dalam keadaan susah, kita hindari konflik kepentingan,” ujar Syarif.

Ia pun lantas mencontohkan dua pejabat yang terjerat kasus korupsi, yakni mantan Ketua DPR RI Setya Novanto sebagai pejabat senior dan mantan Gubernur Jambi Zumi Zola yang tergolong sebagai pejabat muda. ”Memang kenyataannya kalau dilihat di KPK selama saya di sana dan memperhatikan perilaku orang tua dan muda sama saja. Contoh, kalau kita anggap Pak Setnov sudah ada di Orba tetapi Zumi Zola umurnya berapa? Jauh lebih muda dari saya,” kata dia. (fin/ful)

Admin
Penulis