JAKaRTA - Kemampuan salah satu tim promosi Liga 1 Indonesia musim 2020, Persiraja Banda Aceh patut diacungi jempol. Pasalnya, ia disebut oleh PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai tim yang hebat kemampuannya dalam bertahan. Ya, sampai dengan pertandingan pekan ketiga Liga 1 2020, Persiraja telah menunjukkan statistik bertahan yang cukup bagus. Tim yang berdiri sejak 1957 ini sukses menahan dua tim kuat, yaitu Bhayangkara FC 0-0 (29/2 ), Madura United 0-0 (9/3) dan menang 1-0 (14/3) saat melawat ke kandang Persik Kediri.
Tercatat di statistik PT LIB, dari tiga pertandingan tersebut, tim besutan Hendri Susilo itu telah telah sukses melakukan 104 intercepts, kemudian sukses membukukan clearances hingga 99 kali. Tentu itu pencapaian yang cukup baik sebagai tim promosi.
Tak hanya itu, Persiraja juga tercatat sebagai tim yang paling banyak menerima tembakan dari lawan, yakni sebanyak 42 kali. Namun hebatnya, Persiraja belum pernah kebobolan meski bertubi-tubi menerima tembakan tersebut.
Kiper Persiraja, Fakhrurrazi Quba, dalam tiga kali penampilannya, telah melakukan 13 kali penyelamatan. Pada Liga 1 2020, catatan ini hanya kalah dari kiper Persib Bandung, Teja Paku Alam yang telah melakukan 14 kali penyelamatan. Tentunya hal itu, membuat PT LIB mengacungi jempol kepada Persiraja. Dikatakan Direktur PT LIB, Cucu Somantri sebagai pendatang baru di kompetisi Liga 1 musim 2020, Persiraja tampil sangat luar biasa.
"Salah satu tim promosi yang mengejutkan penampilannya sejauh ini ialah Persiraja Banda Aceh. Mereka terbukti mampu mengimbangi tim-tim lain yang sudah terbiasa bersaing di level tertinggi," jelas Cucu seperti keterangan tertulis yang diterima Fajar Indonesia Network (FIN), Rabu(22/4).
"Terima kasih, Persiraja. Kalian telah menunjukkan gambaran ketatnya kompetisi kasta tertinggi di sepak bola nasional," tambah pria yang juga menjabat sebagai wakil Ketua Umum PSSI tersebut.
Sementara itu, pelatih Persiraja Hendri Susilo mengaku bahwa dirinya tak menapik jika timnya disebut sebagai klub kuat dalam bertahan. Menurutnya, usaha dan kerja keras yang membuktian kemampuan Persiraja di kompetisi kasta tertinggi di Tanah Air tersebut. "Disadari atau tidak, itu erat kaitannnya dengan karakter pemain-pemain asal Aceh. Rata-rata pemain-pemain kami pekerja keras dan fight,” terang Hendri.
Lebih lanjut, Hendri mengatakan ketika bertanding sebenarnya ia tak menekankan timnya untuk tampil defensif. Namun hanya menyesuaikan dengan karakter lawan yang dihadapi. "Melihat karakter anak-anak, tidak mungkin saya meminta mereka bermain terbuka. Jadi, semuanya dikombinasikan. Sesekali bermain terbuka dan cepat. Jadi, mungkin itu yang membuat publik menganggap kami tampil defensif," tuntasnya. (gie/fin/tgr)