JAKARTA - Komisi VII meminta PT Pertamina (Persero) harus segera mengevaluasi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di saat harga minyak mentah dunia tengah anjlok. Ini terungkap dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Pertamina yang dihadiri Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati dan Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk Gigih Prakoso di Komplek DPR, Jakarta, Selasa (21/4).
Ketua Komisi VII Sugeng Suparwoto membacakan hasil kesimpulan rapat diantaranya, DPR memberikan apresiasi atas upaya Pertamina dan PGN dalam partisipasi pencegahan Covid-19. Selain itu, proyek-proyek strategis nasional untuk terus tetap dilanjutkan dalam mendukung tercapainya ketahanan dan kemandirian energi nasional. Komisi VII juga mendukung PGN agar penetapan tarif pangangkutan gas dihitung sesuai undang-undang yang berlaku.
”Komisi VII juga mendorong Kementerian ESDM untuk kembali meninjau penerapan Peraturan Menteri ESDM Nomor 8 Tahun 2020 tentang Tata Cara Penerapan Pengguna dan Harga Gas Bumi Tertentu di Bidang Industri karena berpotensi menghambat kinerja BUMN Migas,” jelasnya.
BACA JUGA: Peserta Ijtima Gowa Asal Temanggung Jalani Rapid Test
Terpisah, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan penurunan harga BBM saat ini, dikhawatirkan membahayakan ekonomi nasional, karena ketika harga minyak dunia tiba-tiba membaik, bisa membuat harga BBM kembali dikoreksi. Ini dikatakan Peneliti Indef Abra PG Talattov.”Ini memicu laju inflasi yang sangat memberatkan masyarakat. Oleh karena itu harus waspada. Penurunan harga BBM saat ini justru berbahaya. Apalagi diperkirakan, tak lama lagi harga crude oil akan rebound. Setidaknya, dilihat dari dua sentimen pendorong kenaikan harga minyak dunia, yaitu kesehatan dan upaya berbagai negara pemulihan,” terangnya dalam keterangan tertulis.
Abra mencontohkan, bahwa penelitian untuk penemuan vaksin Corona saat ini gencar dilakukan, termasuk di antaranya, pembuatan vaksin massal oleh Inovio, perusahaan farmasi yang dibiayai Bill Gates. ”Ini adalah sentimen yang bisa mengatrol kembali harga minyak dunia. Rebound ini sangat berbahaya, kalau saat ini kita menurunkan harga BBM,” katanya.
Itulah sebabnya, Abra meminta semua pihak tetap tenang dan tidak terpengaruh ke dalam wacana penurunan harga BBM, terlebih, sebenarnya saat ini inflasi sangat terjaga dan harga-harga kebutuhan pokok juga relatif stabil.
Menurut dia, penurunan harga BBM saat ini tidak akan berpengaruh banyak terhadap masyarakat, karena dalam situasi pandemi Corona, aktivitas warga jauh berkurang dan bahkan beberapa wilayah sudah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
”Jadi kalau pun turun, juga tidak berpengaruh kepada masyarakat. Karena harga BBM saat ini bukanlah isu utama. Tetapi yang utama adalah jaminan ketersediaan energi di seluruh daerah untuk jangka panjang,” katanya.
BACA JUGA: Dicopot dari Komut Pelindo, Refly Harun: Terima Kasih Erick Thohir
Terkait harga saat ini, dia menilai bahwa Pertamina tetap patuh pada formula yang ditetapkan Pemerintah, yakni sesuai Keputusan Menteri ESDM Nomor 62.K/12/MEM/2020 tanggal 1 Maret 2020 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum dan/atau Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan.Menurut dia, tidak benar jika dikatakan harga BBM dalam negeri saat ini lebih mahal, karena dibandingkan rata-rata negara-negara Asean, harga Pertamax dan Pertalite justru lebih rendah.
Dia mencontohkan harga Pertamax, mengacu pada Global Petrol Prices 13 April 2020, berada pada level 0,58 dolar AS atau Rp9.000 per liter, lebih murah dibandingkan rata-rata negara Asean, yang berada pada level 0,77 dolar per liter. Begitu pula harga Pertalite Rp7.650 atau setara 0,49 per liter, juga jauh lebih murah dibandingkan rata-rata BBM sejenis di Asean.
Menjawab anjloknya harga minyak mentah dunia, PT Pertamina berupaya meningkatkan optimalisasi di berbagai aspek untuk menjaga produksi serta efisiensi hulu migas pada tahun 2020 ini tetap berada di level normal. Upaya efektifitas biaya juga menjadi salah satu prioritas yang dilakukan, terutama terkait dengan aktivitas yang tidak terkait langsung dengan produksi dan penambahan cadangan migas.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu di Jakarta, Selasa, menjelaskan pihaknya terus memantau perkembangan situasi global sambil terus menjalankan rencana untuk tetap berupaya mengejar target produksi hulu migas.
BACA JUGA: Berikut Perubahan Jam Kerja ASN Selama Bulan Ramadan
Ia tidak memungkiri kondisi saat ini telah mengakibatkan berbagai konsekuensi secara operasional maupun finansial, seperti terganggunya mobilitas dan jadwal pergantian pekerja lapangan, terhambatnya logistik dan interaksi dengan para stakeholder serta kemungkinan menurunnya pendapatan dari sektor hulu.”Apresiasi yang luar biasa kepada seluruh pekerja hulu Pertamina yang telah berkomitmen penuh mencari solusi dan menjalankannya dengan baik sehingga operasional terus berjalan,” ujar Dharmawan.
Ditambahkannya, prioritas sektor hulu Pertamina saat ini adalah optimalisasi dan efektivitas biaya sambil merencanakan ulang anggaran dan kegiatan di hulu migas, antara lain dengan mendorong anak perusahaan hulu meningkatkan cost awareness dan cost consciousness pada semua lini operasional.
”Kepada seluruh anak perusahaan hulu diharapkan dapat melakukan optimalisasi aset atau fasilitas yang ada, baik di internal maupun antara anak perusahaan melalui sharing facility, sehingga diharapkan dapat meminimalkan pengadaan baru,” imbuhnya.