JAKARTA - Menjelang Ramadan dan Lebaran Idul Fitri sejumlah komoditas pangan mengalami kenaikan. Salah satunya, harga bawang merah yang terus terkerek naik. Namun, Perum Bulog belum bisa berbuat apa-apa karena masih menunggu perintah dari pemerintah untuk menstabilkan komoditas tersebut.
Pihak Bulog menyatakan siap begitu mendapat tugas dari pemerintah untuk menstabilkan harga bawang merah, yakni dengan melakukan operasi pasar.
Saat ini, tugas pemerintah terhadap Bulog untuk menstabilkan harga tiga komoditas pangan, yakni beras, jagung, dan kedelai. Adapun beras menjadi fokus utama agar terus menjaga stabilisasi bahan pokok utama masyarakat Indonesia itu.
Sekretaris Perusahaan Bulog Awaluddin Iqbal mengatakan, di luar komoditas itu, Bulog juga mengamankan harga untuk komoditas gula dan daging kerbau. Stabilisasi harga komoditas tersebut ditempuh lewat importasi. Impor dilakukan karena produksi dalam negeri tak mencukupi kebutuhan masyarakat.
"Kita siap menerima penugasan menstabilkan harga bawang merah. Sebab infrastruktur kita sangat cukup," kata dia, kemarin (13/4).
Dia menjelaskan, fasilitas yang dimaksud yakni berupa gudang gudang penyimpanan untuk bawang merah di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah yang menjadi sentra. "Kita punya fasilitas itu," ujar dia.
Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) mencatat, rata-rata harga bawang merah secara nasional hingga Senin (13/4) mencapai Rp43.250 per kilogram (kg) atau naik Rp700 dari hari sebelumnya. Khusus di wilayah ibu kota, bawang merah dihargai Rp58.350 per kg. Harga normal bawang merah di pasaran yakni sekitar Rp30 ribu per kg.
Kenaikan harga bawang merah mulai mendekati harga bawang putih yang mengalami masalah kelangkaan sejak awal tahun. Bawang putih secara nasional dihargai Rp43.800 atau mengalami penurunan Rp1.050 per kg dari hari sebelumnya.
Menurut Kepala Distribusi Cadangan Pangan, Kementerian Pertanian Inti Pertiwi, harga bawang merah melambung karena di sentra bawang merah, khususnya di Brebes, Jawa Tengah sedang tak panen. Begitu pula pada sentra di Cirebon, Jawa Barat. "Panen hanya di di Kabupaten Demak, Jawa Tengah dan Enrekang, Sulawesi Selatan," kata dia.
Namun, hasil produksi di wilayah itu difokuskan untuk memenuhi masyarkat sekitar, dan tak didistribusikan hingga ke wilayah Jakarta dan sekitarnya yang tengah membutuhkan suplai tambahan.
Kendati begitu, pihaknya akan berusaha wilayah Jakarta mendapatkan pasokan dari Demak. Sebagaimana diketahui, dengan adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akibat wabah Covid-19, maka ketersediaan pangan wajiba dipenuhi. "Kami akan usahakan datangkan dari Demak masuk ke Jakarta. Namun jika tak mencukupi, akan didatangkand ari Enrekang," pungkasnya.(din/fin)