AS Terus Dihujani Kritik Pedas

fin.co.id - 13/04/2020, 10:41 WIB

AS Terus Dihujani Kritik Pedas

PARIS - Jumlah kematian akibat wabah Virus Corona di Prancis naik menjadi 14.000 orang, tak terkecuali di Jerman sebagai negara yang awalnya diklaim bersih dari wabah yang telah membuat 201 negara di dunia lumpuh secara ekonomi.

Di Prancis, jumlah pasien di unit perawatan intensif (ICU) secara data memang turun. Penurunan jumlah pasien di ICU itu meningkatkan harapan bahwa karantina wilayah nasional dapat mengurangi penyebaran penyakit tersebut.

Jumlah pasien di ICU turun hampir 2 persen menjadi 6.883 dari 7.004 satu hari sebelumnya. Sementara jumlah orang di rumah sakit hampir stabil yakni 31.320, naik hanya 53 atau 0,2 persen, menurut data kementerian. Angka kematian bertambah 635 atau 5 persen menjadi 13.832, dengan 8.943 meninggal di rumah sakit dan 4.889 di panti jompo.

BACA JUGA: Tiap Satu Jam, Produksi 12 Face Shield

Kondisi ini sedikit berbeda pada pekan sebelumnya, angka kematian naik 987 saat jumlah orang yang meninggal di panti jompo melonjak. ”Kita menghadapi epidemi yang luar biasa dan mematikan, yang mencapai level baru dan belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Menteri Kesehatan Jerome Salomon, Minggu (12/4). Ia pun mengatakan orang-orang dengan kasus Covid-19 terus berdatangan ke rumah sakit dan warga Prancis diminta untuk tetap waspada.

Kementerian Kesehatan setempat melaporkan bahwa jumlah kasus Covid-19 terkonfirmasi di Prancis bertambah 3.114 menjadi 93.790 atau naik 3,4 persen, yang lebih rendah dari 5 persen selama empat hari sebelumnya.

Jumlah kasus di panti jompo juga bertambah 1.671 atau 5 persen menjadi 35.864. Untuk pertama kali, kementerian memberikan data tersebut dengan mengatakan bahwa 11.175 kasus terkonfimasi di panti jompo sudah disertakan dalam data nasional. Pihaknya menambahkan bahwa terdapat 24.689 kasus dugaan lainnya.

Terkait naiknya angka Covid-19 di Prancis dan negara Uni Eropa (EU) Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Mass di sebuah artikel opini menyebut AS bertindak gegabah dalam penanganan krisis global sejak awal.

”Pandemi Covid-19 telah menyebar ke 214 negara dan wilayah, menginfeksi 1,6 juta orang dan menelan 106.000 korban jiwa. Kami menilai AS tidak menunjukan sikap cepat dan tanggap sebelum kasus ini meluas,” tulisnya dalam artikel, yang diterbitkan surat kabar Die Welt.

”Perlu juga untuk mengoreksi kesalahan yang dimunculkan oleh krisis,” ibuhnya dengan alasa data ini merujuk pada pembatasan terhadap demokrasi dan supremasi hukum dengan kedok melawan virus corona, yang tak dapat diterima di Eropa.

Di Jerman sendiri infeksi Virus Corona bertambah 2.821 pada Minggu (12/4). Ini menambah jumlah akumulasi menjadi 120.479 kasus. Data ini didapat dari Institut Robert Koch untuk penyakit menular.

BACA JUGA: PSBB Jabodetabek Tekan Penyebaran Corona ke Daerah

Secara kalkulasi angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan 4.133 kasus yang dilaporkan pada Sabtu (11/4) sekaligus penurunan kedua setelah empat hari terus meningkat. Sementara itu, jumlah kematian juga mengalami peningkatan sebanyak 129, sehingga totalnya mencapai 2.673 kematian.

Jerman telah menyusun daftar aksi, termasuk kewajiban untuk mengenakan masker di depan umum, pembatasan pertemuan publik dan pelacakan rantai infeksi, setelah karantina wilayah berakhir pada 19 April. Langkah-langkah tersebut dapat membuat aktivitas kehidupan kembali normal.

Proposal itu, yang terkandung dalam rancangan rencana aksi yang dikompilasi oleh dokumen Kementerian Dalam Negeri, menyatakan langkah-langkah tersebut harus mampu menjaga jumlah orang yang terinfeksi, bahkan ketika aktivitas sosial secara bertahap boleh dilakukan.

Selain itu, disebutkan harus ada mekanisme untuk melacak riwayat kontak orang yang positif Covid-19 dalam waktu 24 jam setelah diagnosis. Apabila langkah-langkah itu dapat dilaksanakan, sekolah akan dapat dibuka kembali dan kontrol perbatasan yang ketat akan dilonggarkan. (fin/ful)

Admin
Penulis