JAKARTA - Wabah Virus Corona (Covid-19) terus meroket. Bahkan, di sejumlah negara, mengalami lonjakan kasus yang signifikan setiap hari. Tak terkecuali di Indonesia. Total hinggga Kamis (19/3) pukul 18.30 WIB pasien positif virus jumlah terkonfirmasi 309 kasus, dengan kematian 25 orang yang mayoritas berusia 45 tahun ke atas.
Pemerintah sendiri, tidak bisa meredam gejolak penambahan ini secara signifikan. Ini terlihat dari data yang bergerak naik dari masing-masing daerah. Kebijakan lockdown dianggap tidak populer, Presiden Joko Widodo memilih opsi tes Covid-19 secara massal.
Presiden menginstruksikan agar segera dilakukan rapid test virus covid-19 secara massal di Indonesia. ”Segera lakukan rapid test dengan cakupan lebih besar,” ujar Presiden Jokowi dalam rapat terbatas melalui telekonferensi video dari Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (19/3)
Hal ini ditujukan untuk melakukan deteksi dini pada seseorang yang terpapar Covid-19. ”Agar deteksi dini indikasi awal seseorang terpapar Covid-19 bisa dilakukan,” lanjut dia. Agar rapid test berjalan dengan lancar, Presiden juga mengintruksikan pada Kemnkes segera memperbanyak alat sekaligus tempat tes.
BACA JUGA: 4.000 kg Gula Oplosan Siap Edar Diamankan
Tak hanya Kementerian Kesehatan, namun Presiden juga meminta rumah sakit pemerintah, BUMN, TNI-Polri, hingga swasta diminta untuk terlibat. Demi kelancaran rapid test Jokowi juga membuka peluang bagi lembaga riset serta perguruan tinggi untuk terlibat di dalamnya. ”Lembaga riset dan pendidikan tinggi yang mendapatkan rekomendasi dari Kemenkes,” ujarnya.”Ini penting sekali terkait dengan hasil rapid test ini, apakah dengan karantina mandiri, self isolation, ataupun memerlukan layanan RS,” tambahnya.
Seiring dengan berjalannya rapid test covid-19, Presiden Jokowi juga meminta jajarannya menyiapkan protokol kesehatan yang jelas dan mudah dipahami masyarakat.
Sebelumnya juru bicara pemerintah Achmad Yurianto telah menjelaskan agar penanganan Covid-19, sedang dikaji penerapan rapid test. Rapid test ini dilakukan dengan mekanisme pemeriksaan spesimen. ”Bukan menggunakan metode swab tenggorokan (mengambil cairan di tenggorokan, Red), melainkan dengan sampel darah,” jelasnya dalam konprensi pers di Kantor BNPB.
Dalam kesempatan itu, Yurianto juga melaporkan terjadi kenaikan dibandingkan pada data Rabu(18/3). Dimana pasien positif virus corona hanya 227 kasus. Terjadi penambahan kasus sebanyak 82 kasus pada Kamis (19/3). ”Terhitung mulai tanggal 18 pukul 12.00 WIB sampai dengan tanggal 19 pukul 12.00 WIB. Ada beberapa pemambahan kasus baru,” jelasnya.
Yuri merinci wilayah positif virus corona antara lain Bali 1 orang, Banten sebanyak 10 orang dan total akumulasi 27, Jogjakarta sebanyak 2 orang dan total akumulasi 5 orang. Lalu, DKI Jakarta 52 orang sehingga total 210 orang, Jawa Barat 2 orang dan total 26, Jawa Tengah 4 orang dan total 12 orang, Jawa Timur 1 orang dan total 9 orang, Kalimantan Barat jumlah tetap 2, Kalimantan Timur 2 dan total 3 orang.
BACA JUGA: S*ks yang Seperti Ini Berisiko Tularkan Corona
Disusul Kepulauan Riau 2 dan total 3 orang, Sulawesi Utara 1 orang, Sumatera Utara 1 dan total 2 orang, Sulawesi Tenggara 3 orang, dua kasus baru Sulawesi Selatan, Lampung 1, Riau 2.Sementara dari data yang dikutip dari Johns Hopkins University, total ada sebanyak 214.894 kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Angka kematian menembus 8.732 orang dan pasien sembuh 83.313 orang (selengkapnya Lihat grafis).
Sementara itu di Indonesia, data terakhir yang dipublikasikan sudah mencapai 25 orang meningga. Yurianto mengakui, persentase angka kematian tersebut sekitar 8 persen dari total kasus pasien covid-19 yang dirawat. ”Kurang lebih adalah sekitar 8 persen dari total kasus yang kita rawat. Angka ini berjalan dinamis,” imuhnya.
Menurut Yuri, kebanyakan pasien yang meninggal berkisar umur 45 hingga 65 tahun dan hanya ada satu kasus yang meninggal berusia 37 tahun. Pasien yang meninggal juga rata-rata sudah memiliki penyakit awal seperti diabetes dan hipertensi.
”Sebagian besar adalah diabet, hipertensi dan kemudian penyakit jantung kronis. Beberapa di antaranya adalah penyakit paru menahun. Angka kematian ini bersifat dinamis. Ia berharap tidak ada lagi pasien yang meninggal karena Covid-19.” ungkap Yuri.
Yuri menyebut beberapa kasus meninggal yang ditemukan adalah rentang usia 45 hingga 65 tahun. Ada satu kasus yg meninggal pada usia 37 tahun. ”Kalau kemudian kita perhatikan faktor yang lain maka hampir seluruhnya memiliki penyakit pendahulu dan sebagian besar adalah diabetes, hipertensi, dan kemudian penyakit jantung kronis. Beberapa di antaranya penyakit paru obstruktif menahun,” ujar dia.
Di tempat yang sama, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo, selaku sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo meminta agar Gugus Tugas bisa tetap menjaga kesehatan masyarakat yang masih dalam keadaan sehat.