News . 16/03/2020, 03:17 WIB

Corona di Mata Ilmuwan

Penulis : Admin
Editor : Admin

Dalam pemaparannya, Warsito menceritakan pada kurun waktu antara tahun 1997-2000 di Jepang beliau sempat melakukan riset penggunaan sinar gelombang ultraviolet untuk mengurai senyawa organik dari limbah pabrik menjadi H2O dan CO2.

Nah, berdasarkan riset terbaru oleh group peneliti AS hasilnya menunjukkan bahwa wilayah yang paling parah terkena imbas penyebaran Covid-19 yaitu mempunyai persamaan yang sangat mencolok pada rentangan Suhu 5-11°C, dan Kelembaban udara pada kisaran 47-79%.

Berada di dalam ruang ber-AC dengan kelembaban tinggi bagi yang kemungkinan terpapar virus adalah kurang baik.

”Perbanyaklah berada di tempat sinar matahari langsung karena itu jauh tetap lebih baik karena sinar matahari adalah pure UV yang menyehatkan,” saran Warsito.

Ada beberapa poin yang menurut Warsito, menjadi bahan penting untuk diingat dan dilakukan;

Pertama, kita yang berada di iklim tropis boleh merasa tenang tanpa proteksi. Proteksi tetap diperlukan, karena apabila virus sudah masuk ke dalam tubuh, paparan sinar matahari jadi tidak lagi cukup mematikan virus karena virusnya terlindungi oleh tubuh.

Kedua, keadaan sudah terpapar virus yang masuk ke dalam tubuh akan memerlukan daya UV lebih tinggi dengan alat khusus yang mampu mematikan virus yang terlanjur sudah masuk ke dalam tubuh. Dan untuk sementara ini belum ada alat UV khusus yang sudah teruji.

[caption id="attachment_443028" align="alignleft" width="696"] Tiga wanita memakai masker wajah, sebagai tindakan pencegahan terhadap virus corona. Mereka berjalan di distrik Causeway Bay Hong Kong Minggu (15/3). (Foto Isaac Lawrence/Afp)[/caption]

Ketiga, hanya paparan sinar matahari langsung akan menghambat perkembangan dan penyebaran virus, karena virus tak akan bisa bertahan lama dalam paparan sinar matahari langsung.

Keempat, bukan suhu yang penting tetapi panjang gelombang sinar ultraviolet yang bisa berinteraksi langsung dengan virus dan protein yang ada di dalam virus.

Dunia memahami bahwa belum ada formula dan formulasi yang tepat guna mengatasi virus corona yang sudah mengendap di dalam tubuh pasien dan fakta tersebut membuat masyarakat kesehatan internasional terus menghimbau gerakan mengisolasi diri masing-masing untuk mengurangi resiko penularan.

Tentu saja, jika melihat analisa Warsito di atas, seharusnya masyarakat Indonesia tidak perlu terlalu cemas mengingat sinar matahari sangat berlimpah di negeri tercinta ini.Mengingat hasil karya Warsito sudah diakui dunia internasional dengan penemuan fenomenalnya, ECVT (Electrical Capacitance Volume Tomography) yaitu pemindai 4D pertama di dunia.

Penemuan berupa ECVT oleh Warsito tersebut nyata telah diakui dunia dan digunakan oleh lembaga antariksa Amerika Serikat (NASA), selain juga digunakan oleh raksasa perminyakan semisal Exxon dan Shell.

Di tengah kegalauan dan kecemasan bangsa ini adalah layak jika pendapat dan pandangan dari Warsito tentang kiat dan cara melawan virus yang menakutkan itu kita apresiasi dan aplikasikan dalam mengatasi masalah yang sangat meresahkan ini.

Ketika kita dalam keadaan kritis adalah manusiawi kembali menggali potensi kekuatan diri yang memang sudah selalu digaungkan sejak kita masih bayi untuk hidup sehat dan aktif berinteraksi dengan alam, memecah upaya penalaran.

           
© 2024 Copyrights by FIN.CO.ID. All Rights Reserved.

PT.Portal Indonesia Media

Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210

Telephone: 021-2212-6982

E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com