News . 12/03/2020, 09:17 WIB
JAKARTA - Pemerintah tidak bisa lagi memungkiri, kondisi kesehatan masyarakat kini kritis. Upaya yang dilakukan secara simultan terhadap penanganan wabah Virus Corona ditambah merebaknya demam berdarah dengue (DBD) semakin-hari semakin tajam.
Kondisi buruk ini bertambah panjang, dengan munculnya bencana alam di beberapa daerah. Salah satunya terjadi di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Ratusan orang masih mengungsi setelah gempa bumi bermagnitudo 5,0 yang berpusat di Sukabumi, Jawa Barat.
Pengamat Kebijakan Publik Yusdiyanto Alam mengatakan, pada kondisi inilah pemerintah dan kebijakannya tengah diuji. Krisis ekonomi di depan mata, ini sejalan dengan gagalnya investasi. Kondisi makin buruk dengan wabah Corona yang tak henti-hentinya puluhan orang terinfeksi. Belum lagi sejumlah wilayah terdampak bencana.
Dari Cina, sambung Yusdiyanto, pemerintah dapat mengambil pelajaran penting dalam memerangi penyakit ini. Dari persiapkan negara untuk membayar sehingga pasien tidak akan membiarkan biaya menghalangi mereka dari mendapatkan tes dan perawatan.
Virus corona sendiri telah menyebar ke lebih dari 100 negara, di mana Italia, Iran, dan Korea Selatan muncul sebagai episentrum epidemi yang berkembang. Italia telah melaporkan lebih dari 1.000 kasus infeksi, menyusul Korea Selatan sebagai negara yang paling parah terkena dampak di luar Cina.
Amerika Serikat juga telah mulai melaporkan lebih banyak kasus yang dikonfirmasi karena otoritas kesehatan memberlakukan beberapa pembatasan yang membatasi ketersediaan pengujian untuk penularan. Sementara di Cina, kasus epidemi itu mulai mengecil, dengan hanya 19 kasus infeksi baru pada hari Selasa (10/3).
”Publik saat ini dihantui kecemasan. Kita tidak bisa memungkiri ini. Wabah menangancam sendi kehidupan nasional. Kasus DBD yang terjadi di Lampung, dan bertambahnya mereka yang mengidap Covid-19, adalah pesan yang sudah sampai. Pemerintah diminta tanggap, cepat dalam mengambil keputusan. Konsentrasikan semua pada ranah ini,” terang doktor jebolan Universitas Padjajaran, Bandung itu.
Dan di kota Shenzhen selatan, biaya rata-rata untuk mengobati penyakit ini berkisar dari 23.000 yuan untuk pasien usia lanjut hingga sekitar 5.600 yuan untuk anak di bawah umur. Beberapa metode pengobatan negara seperti oksigenasi membran ekstrakorporeal yang secara artifisial mengoksigenasi darah pasien untuk jangka waktu terbatas terbilang mahal. Tetapi semuanya ditanggung oleh pemerintah, yang telah mengalokasikan 110,48 miliar yuan untuk perawatan, subsidi untuk staf medis dan peralatan medis.
Di AS, di mana ada 25 kematian di antara 696 kasus yang dikonfirmasi, muncul kecemasan publik terkait biaya pengujian. Pemerintah AS memang tidak mengenakan biaya untuk tes konfirmasi virus corona di laboratorium yang ditunjuk. Akan tetapi, perjalanan ke rumah sakit akan dikenai biaya besar lainnya. Dalam satu kasus, nilai lebih dari US$ 3.200. Grup asuransi Amerika, Health Insurance Plans, mengatakan bahwa orang-orang perlu memeriksa ketersediaan asuransi mereka untuk pertanggungan biaya yang terkait dengan Covid-19.
Korea Selatan, dengan 7.513 pasien Covid-19, juga telah mengumumkan pada bulan Januari bahwa pemerintah dan perusahaan asuransi akan menanggung biaya yang terkait dengan pemeriksaan, isolasi dan perawatan untuk pasien coronavirus. Negara ini telah memperluas stasiun pengujian untuk memasukkan layanan drive-through dan menguji sekitar 15.000 orang per hari.
Jepang juga telah menetapkan Covid-19 sebagai penyakit menular pada bulan Februari, serta menjadikannya tanggung jawab pemerintah untuk membayar tagihan rawat inap terkait infeksi virus corona. Sedangkan di Inggris, sekitar 18.000 orang telah menerima tes gratis sejak bulan lalu, dan 373 telah dikonfirmasi terinfeksi.
Selain Virus Corona, angka kematian yang mengancam jiwa pun tidak bisa dianggap remeh. Dalam keterangan Kemenkes, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan angka kematian akibat demam berdarah dengue (DBD) terutama di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang merupakan daerah dengan angka kematian tertinggi, kata Direktur Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik dr. Siti Nadia Tarmizi.
Selain itu, kesiapan layanan kesehatan juga menjadi faktor penting. Beberapa rumah sakit dapat melayani pasien dengan jumlah yang terkendali dengan baik tapi jika terjadi lonjakan pasien maka akan muncul risiko. ”Tidak semua puskesmas punya kemampuan yang sama tenaga kesehatannya sementara kasusnya sudah sangat banyak. Yang kedua, ada juga faktor masyarakat yang tidak mau dirujuk,” kata dia.
Dalam kasus yang tidak mau dirujuk biasanya terjadi pada kasus anak, di mana terdapat keraguan untuk merujuk anak ke fasilitas yang lebih jauh saat kondisi pasien memungkinkan. Menurut dia, terdapat kasus di mana pasien seharusnya sudah dirujuk tapi keluarga menolak mengakibatkan penyakit bertambah serius. Sampai dengan hari ini, Kemenkes sudah mencatat 17.820 kasus DBD di seluruh Indonesia dengan angka kematian mencapai 104 orang.
Menanggapi kondisi yang terus darurat ini, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menegaskan bahwa Pemerintah saat ini sedang melihat perkembangan yang ada karena masih terlalu dini untuk merespons, namun tetap menginventarisasi stimulan yang bisa diberikan.
PT.Portal Indonesia Media
Alamat: Graha L9 Lantai 3, Jalan Kebayoran Lama Pal 7 No. 17, Grogol Utara, Kebayoran Lama, RT.7/RW.3 Kota Jakarta Selatan 12210
Telephone: 021-2212-6982
E-Mail: fajarindonesianetwork@gmail.com