Tangkal Bencana dengan Kekuatan Alam

fin.co.id - 28/02/2020, 03:55 WIB

Tangkal Bencana dengan Kekuatan Alam

Pesawat milik maskapai Citilink terdampak abu vulkanik erupsi Gunung Ruang di Bandara Sam Ratuangi, Manado, Sulawesi Utara

JAKARTA - Solusi terbaik dalam menangkal terjadinya bencana alam adalah dengan kekuatan alam itu sendiri. Sebab terjadinya bencana alam umumnya karena eksploitasi alam yang berlebih.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan solusi untuk mengatasi bencana alam berupa banjir adalah dengan mengembalikan fungsi konservasi yang ada di kawasan daerah aliran sungai (DAS).

"Kawasan sekitar DAS mengalami degradasi karena beberapa faktor yang berkaitan dengan penebangan liar, eksploitasi alam hingga alih fungsi kawasan," katanya di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (27/2).

Karenanya untuk mengatasi banjir dengan mengembalikan fungsi konservasi di sepanjang hulu hingga hilir perlu dilakukan. Misalnya dengan penanaman tanaman vetiver untuk mencegah banjir.

"Antisipasi jangka panjang adalah penanaman tanaman vetiver. Vetiver juga mampu menetralkan polutan yang mencemari air sungai," katanya.

Doni mengatakan ancaman bencana banjir terjadi karena daya serap kawasan yang berkurang ketika terjadi intentitas hujan dengan curah hujan tertinggi.

BACA JUGA: Modifikasi Cuaca Tak Bisa Malam Hari

Selain itu, bisa juga menggunakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar.

"Perguruan tinggi dapat membantu meneliti jenis tanaman apa yang cocok dengan tanah sekitar sekaligus memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat," katanya.

Pengembalian fungsi konservasi juga bisa dilakukan dengan mengembangkan konsep wisata alam.

Terpisah pakar mitigasi bencana Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Eko Teguh Paripurno mengatakan bencana banjir di DKI Jakarta akibat penanggulangan yang kurang efektif. Baik dari segi pencegahan mitigasi, hingga penanganan darurat.

"Kalau kejadian bencana banjir itu ada maka kita boleh sebut kegiatan mulai pencegahan mitigasi, penanganan darurat itu belum efektif," katanya.

Efektivitas dalam mencegah maupun penanganan ketika sudah terjadi bencana bisa dilihat dari upaya yang telah dilakukan. Jika masih teradi lagi berarti upaya pencegahan tidak dilakukan.

"Artinya, bahwa kita bisa cek ada tidak upaya pencegahan, apa yang sudah dilakukan untuk mencegah, apa yang sudah dilakukan untuk memitigasi, dan apa yang dilakukan untuk siap siaga," ujarnya.

Dikatakannya, cuaca ekstrem jangan dijadikan alasan. Seharusnya pemerintah sudah bisa memperhitungkan risiko bencana yang akan terjadi.

"Namanya siap siaga yang dibangun itu disesuaikan dengan potensi risiko ke depannya seperti apa, enggak boleh terbesit karena musim hujan deras justru itu kita harus siapkan. Kita kan enggak pernah hitung risikonya seperti apa dan apa upaya untuk menguranginya," jelas Eko.

"Pertanyaannya apa sudah dilakukan baik untuk mengurangi risiko itu. Seberapa besar kita mengurangi risiko? ya sebesar potensi bencana itu. Misal potensi risiko banjir 3 meter kalau kita bisa upaya kita mengurangi sampai semeter," katanya.

Admin
Penulis